
Di Kreta, dalam perjalanan ziarah ke Tanah Suci Yerusalem, sekonyong-konyong kedua mata Angela menjadi buta. Meski demikian, ia bersikeras ziarah tetap dilanjutkan. Ia mengunjungi tempat-tempat suci dengan semangat dan devosi mendalam seolah tak ada yang salah dengan penglihatannya. Dalam perjalanan pulang, sementara berdoa di depan sebuah salib, ia memperoleh kembali penglihatannya tepat di tempat yang sama di mana ia menjadi buta. Angela Merici wafat pada tanggal 27 Januari 1554 di Brescia, Italia. Pada tanggal 30 April 1768 ia digelari “Beata” oleh Paus Klemens XIII (1758-1769) dan pada tanggal 31 Mei 1807 dikukuhkan sebagai “Santa” oleh Paus Pius VII (1800-1823).
Renungan:
Serviam: aku mau mengabdi. Ini merupakan semangat dasar yang menjiwai kehidupan Angela Merici. Semangat itu pula yang ia wariskan kepada anggota Ordo Santa Ursula yang umumnya bergerak di bidang pendidikan. Dengan semangat yang sama, ordo ini datang ke Indonesia tahun 1856; karya-karyanya bisa kita jumpai di Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang dan Ende (Flores). Para paus menyebut diri mereka sebagai “serva servorum Dei” artinya pelayan dari hamba-hamba Allah; dan semangat inilah yang menjiwai karya pelayanan mereka. Bagi spiritualitas Kristen menjadi pemimpin berarti melayani sebagaimana Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Para pemimpin hadir untuk orang yang dipimpin. Sayangnya, kita hidup dalam dunia yang mempunyai semangat sebaliknya. Kita menjumpai semangat dan praktek-praktek yang memperlihatkan sosok pemimpin sebagai penguasa yang menindas rakyat atau orang yang dipimpin. Inilah tantangan bagi semangat pelayanan umat Kristiani.
sumber:www.indocell.net/yesaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar