Minggu, 30 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:31 Januari (Peringatan Wajib St. Yohanes Bosco, Imam)

Yohanes Bosco lahir dekat Torino, Italia Utara pada tanggal 16 Agustus 1815. Ayahnya meninggal ketika Yohanes Bosco masih balita. Karena miskin, ia tak dapat bersekolah, melainkan harus menjadi gembala ternak. Seorang imam tua yang baik hati mendidik Yohanes; berkat bantuannya pula Yohanes dapat mengenyam pendidikan di seminari. Yohanes Bosco ditahbiskan menjadi seorang imam pada usia 26 tahun. Sejak mudanya, Don Bosco mempunyai pengaruh yang besar terhadap anak-anak dan kaum muda. Sesudah ditahbisan, dengan bantuan ibunya - Margarita - ia membina anak-anak terlantar. Apa yang dilakukannya berkembang pesat, sehingga ia mendirikan Kongregasi Pater-pater Salesian dan Kongregasi Suster-suster Puteri Maria Pertolongan Orang Kristen. Kini kongregasi-kongregasi yang didirikannya tersebar di seluruh dunia dan aktif berkarya di bidang pendidikan, pertukangan, pertanian dan rumah sakit. Yohanes Bosco sangat menjunjung tinggi devosi kepada Sakramen Tobat, Ekaristi Mahakudus dan Komuni Kudus, serta taat kepada pimpinan tertinggi Gereja, yakni Sri Paus.
Renungan:

St. Yohanes Bosco, seorang imam di Torino mengabdikan diri untuk kaum muda. Ia membuka sebuah perkumpulan penampungan anak-anak muda yang terlantar, buta huruf dan miskin. Ia berhasil mengumpulkan sekitar 1000 pemuda dari keluarga miskin. Mereka dibina dan dibimbing menjadi manusia yang baik. Don Bosco mengubah rumah ibunya menjadi sebuah bengkel sepatu dan bengkel kayu untuk pendidikan ketrampilan orang muda. Cara pendidikan dan cara hidup Don Bosco didasarkan pada iman dan devosinya kepada Sakramen Tobat, Ekaristi Mahakudus dan Komuni Kudus. Sakramen-sakramen tersebut berhasil membentuk pribadi-pribadi pemuda yang tangguh dan taat pada agama. Orang muda merupakan masa depan Gereja dan masyarakat. Persiapan bagi orang muda untuk menyambut masa depan merupakan tuntutan yang sangat mendesak. Di samping berbagai upaya yang dilakukan, doa bagi orang muda akan sangat membantu usaha-usaha kita untuk membangun masa depan.

Sumber: “Ziarah Iman Pastor Jan Lali SVD, Renungan Harian Bersama Para Kudus Sepanjang Tahun”; diterbitkan oleh Penerbit Buku Sabda, Yayasan Sabda Bahagia; Jakarta 2005; tambahan dan edit oleh YESAYA: yesaya.indocell.net

Kamis, 27 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:28 Januari (Peringatan Wajib St. Thomas Aquinas,Imam dan Pujangga Gereja)

St. Thomas Aquinas, Imam dan Pujangga Gereja

Dalam lukisan, St Thomas Aquinas digambarkan sebagai seorang biarawan Dominikan dengan bintang di dadanya dan buku di tangannya. Ia dilahirkan sekitar tahun 1225 di Aquino, Naples, Italia. Ayahnya, Pangeran Landolph dan ibunya, Theodora. Ketika berusia lima tahun, Thomas diserahkan dalam pendidikan para rahib Benediktin di Monte Cassino, Italia. Ia belajar filsafat, logika, tata bahasa, retorika, musik dan matematika di Universitas Napoli. Pada tahun 1244 Thomas menggabungkan diri dalam Ordo Dominikan. Pada tahun 1245-1248, ia pergi ke Paris dan Koeln untuk belajar filsafat Aristoteles di bawah bimbingan St Albertus Magnus (= Agung). Hidupnya dibaktikan untuk mengajar di Perguruan Tinggi Paris, Roma dan Napoli. Ajaran dan karya tulisnya dipadukan dalam dua buku: Summa contra gentiles (= rangkuman melawan bangsa kafir) dan Summa Theologica (= sistematisasi teologi yang paling sempurna). Imannya dilestarikan dalam madah pujian Ekaristi: Pangelingua, Lauda Sion Salvatorem dan Adoro Te devote. Pada tanggal 6 Desember 1273, ia dianugerahi suatu wahyu ilahi yang begitu memikatnya hingga ia mengatakan, “Semua buku yang aku karang adalah bagaikan rumput kering saja dibandingkan dengan apa yang aku lihat.” Thomas Aquinas wafat pada tahun 1274 dalam perjalanan menuju Konsili Ekumenis di Lyon. Ia dimakamkan di Katedral Toulouse, Perancis; digelari kudus pada tahun 1323 oleh Paus Yohanes XXII dan sejak tahun 1567 dikenal dengan sebutan Doctor Angelicus.
Renungan:

Thomas, putera bangsawan, mempertahankan bakat-bakat kebangsawanan yang agung dan luhur dalam pribadinya. Ia juga seorang filsuf dan teolog besar. Ajaran para pujangga Gereja disatukannya dalam Summa Theologica (= kumputan ilmu ketuhanan). Daya pikir yang tajam, kerendahan hati serta hidup kudus membuatnya digelari Doctor Angelicus (= Doctor Malaikat). “Orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala” (Daniel 12:3). Mereka memancarkan cahaya kebijaksanaan Allah. Segala pengetahuan tersirat dalam Allah. Allah adalah Tuhan dan Pemilik segala pengetahuan. Carilah kerajaan Allah dan segala kebenaran, maka engkau akan menemukan dan memandang Allah dalam segala kesempurnaan. Guru kebenaran akan berseri kemilau laksana bintang abadi. Selayaknyalah segala pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki manusia dipergunakan untuk pelayanan bagi sesama manusia, bukan untuk kemegahan diri.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Rabu, 26 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:27 Januari

St. Angela Merici, Perawan

Angela Merici dilahirkan pada tanggal 21 Maret 1474 di Desenzano, Italia. Dalam usia 15 tahun ia menggabungkan diri dalam Ordo Ketiga Fransiskan. Suatu hari ia dianugerahi penglihatan yang mengatakan bahwa ia akan mengilhami para perempuan saleh dalam panggilan hidup mereka. Pada tahun 1516, ia pindah ke Brescia dan mendirikan sebuah sekolah. la mengajak kaum perempuan untuk ikut membantunya dalam karya pendidikan. Mereka ini kemudian membentuk sebuah perkumpulan di bawah perlindungan Santa Ursula dan mengambil tempat kediaman di sebuah rumah dekat Gereja Santa Afradi Brecia. Dari sini lahirlah kemudian sebuah ordo baru, yakni Ordo Ursulin (OSU) yang diresmikan oleh Paus Paulus III (1534-1549) pada tanggal 25 November 1535.
Di Kreta, dalam perjalanan ziarah ke Tanah Suci Yerusalem, sekonyong-konyong kedua mata Angela menjadi buta. Meski demikian, ia bersikeras ziarah tetap dilanjutkan. Ia mengunjungi tempat-tempat suci dengan semangat dan devosi mendalam seolah tak ada yang salah dengan penglihatannya. Dalam perjalanan pulang, sementara berdoa di depan sebuah salib, ia memperoleh kembali penglihatannya tepat di tempat yang sama di mana ia menjadi buta. Angela Merici wafat pada tanggal 27 Januari 1554 di Brescia, Italia. Pada tanggal 30 April 1768 ia digelari “Beata” oleh Paus Klemens XIII (1758-1769) dan pada tanggal 31 Mei 1807 dikukuhkan sebagai “Santa” oleh Paus Pius VII (1800-1823).

Renungan:

Serviam: aku mau mengabdi. Ini merupakan semangat dasar yang menjiwai kehidupan Angela Merici. Semangat itu pula yang ia wariskan kepada anggota Ordo Santa Ursula yang umumnya bergerak di bidang pendidikan. Dengan semangat yang sama, ordo ini datang ke Indonesia tahun 1856; karya-karyanya bisa kita jumpai di Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang dan Ende (Flores). Para paus menyebut diri mereka sebagai “serva servorum Dei” artinya pelayan dari hamba-hamba Allah; dan semangat inilah yang menjiwai karya pelayanan mereka. Bagi spiritualitas Kristen menjadi pemimpin berarti melayani sebagaimana Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Para pemimpin hadir untuk orang yang dipimpin. Sayangnya, kita hidup dalam dunia yang mempunyai semangat sebaliknya. Kita menjumpai semangat dan praktek-praktek yang memperlihatkan sosok pemimpin sebagai penguasa yang menindas rakyat atau orang yang dipimpin. Inilah tantangan bagi semangat pelayanan umat Kristiani.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Selasa, 25 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:26 Januari(Peringatan Wajib St. Timotius dan St. Titus, Uskup)

Santo Timotius dilahirkan di Listra, Asia Kecil. Berkat pewartaan Santo Paulus, Timotius bersama ibunya - Eunike - dan neneknya - Lois - memeluk agama Kristen. Tujuh tahun kemudian Paulus singgah kembali ke Listra dan mendapati Timotius sebagai seorang pemuda yang saleh dan bijaksana, sebab itu Paulus mengambilnya sebagai rekan kerja di Asia kecil dan Yunani. Kadang kala ia mendahului Paulus sebagai utusan terpercaya, tetapi sering juga ditinggalkan demi memperteguh iman jemaat baru. Rahmat dan berkat Tuhan mengangkat Timotius menjadi Uskup Efesus yang pertama. Di sanalah ia menerima dua epistula St Paulus. Karena menolak menyembah berhala, Uskup Timotius dirajam hingga tewas sekitar tahun 97.
Santo Titus adalah murid kesayangan Santo Paulus. Titus mengikuti gurunya sampai ke Konsili Yerusalem. Ia mendapat tugas dari Paulus untuk mengumpulkan amal kasih dari jemaat di Korintus bagi jemaat di Yerusalem yang sedang mengalami paceklik. Selanjutnya Titus diangkat menjadi uskup di Pulau Kreta, Yunani. Titus yang giat, berjiwa besar, dan pandai berdiplomasi ini wafat pada tahun 96. Epistula St Paulus kepada Titus dapat kita baca dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.

Renungan:

Betapa dalam kehidupan sehari-hari, umat Kristen tidak dapat bekerja sama demi keselamatan masyarakat dan Gereja. Mereka saling bertengkar dan memperjuangkan diri atau kelompok masing-masing. Pekerjaan mereka bertumpang tindih dan tidak saling menunjang. Mereka berebut lahan kerja yang sama. Semua orang ingin menjadi yang utama. Akibatnya, banyak urusan terbengkalai. Sering ditemukan antar bagian pelayanan tidak bersinergi tetapi bekerja sendiri-sendiri; tidak ada koordinasi kerja yang baik tetapi saling menonjolkan diri. Dalam epistulanya, Paulus menyampaikan pesan ini mengenai tanggung-jawab pewartaan Injil: “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan” (I Korintus 3:6-7).

sumber:www.indocell.net/yesaya

Senin, 24 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:25 Januari-Pesta Bertobatnya St Paulus, Rasul

Paulus dilahirkan di Tarsus (Turki Tenggara). Ia seorang Yahudi, namun mewarisi kewarganegaraan Romawi dari ayahnya. Semula namanya adalah Saulus. Ia dididik di Yerusalem oleh Gamaliel, seorang rabbi yang termasyhur, dan termasuk golongan Farisi. Saulus disegani karena fanatisme terhadap Hukum Taurat. Ketika mendengar bahwa di Damsyik banyak pengikut Kristus yang tak mengindahkan Hukum Taurat, ia merasa terpanggil untuk menumpas orang-orang Kristen. Hatinya berkobar-kobar dengan satu tujuan yakni menangkap dan menyeret mereka ke Yerusalem agar mereka mengalami nasib sama dengan Guru mereka. Dalam perjalanan ke Damsyik, tiba-tiba ia disilaukan oleh cahaya ajaib dari langit. Kudanya terhentak dan Saulus terhempas ke tanah, tergeletak tak berdaya. Sayup-sayup terdengarlah suara Kristus, “Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” “Siapakah Engkau?” Jawab-Nya, “Aku Yesus yang kau aniaya. Bangunlah dan masuklah ke kota. Di sana akan Aku katakan apa yang harus kau perbuat.” Di Damsyik, Saulus dibaptis menjadi Kristen dan namanya diubah menjadi Paulus. Untuk sementara ia hidup menyendiri di Arabia. Sekembalinya ke Damsyik, ia menjadi pewarta Kristus. Pertobatan Santo Paulus terjadi secara tiba-tiba dan istimewa. Dengan penuh semangat ia mengajar orang-orang Kristen. Paulus dikenal sebagai rasul orang kafir karena membaptis orang-orang bukan Yahudi tanpa membebankan adat Yahudi kepada mereka. Ia mengadakan perjalanan rasuli hingga 3-4 kali mengelelilingi dunia untuk menyebarkan Injil dan mendirikan jemaat-jemaat. Untuk memelihara jemaat-jemaat itulah ia menulis surat-suratnya. Paulus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan dipenggal kepalanya sekitar tahun 67.
Renungan:

Karunia tobat adalah awal hidup berahmat. Tobat menjadi awal satu hidup baru. Tobat merupakan kesempatan beralih dari kehidupan lama ke kehidupan baru. Itulah pengalaman Saulus, yang kemudian bernama Paulus. Sebelumnya, ia adalah seorang pemburu dan penganiaya mereka yang berjalan di jalan Tuhan. Dalam perjalanan ke Damsyik, ia mengalami proses pertobatan. Pengalamannya sangat menantang dan menggetarkan, pengalaman beralih dari semangat lama ke semangat baru. Kemudian semangat baru itu menjiwai seluruh kehidupan dan karyanya. Setiap orang memiliki masalah dan masa lalu. Masa lalu dapat begitu gelap sehingga orang menjadi putus asa dan merasa diri tidak berguna. Inilah pengalaman kegelapan. Tidak ada jalan atau memang ia tidak bisa melihat jalan. Tetapi tenggelam dan meratapi masa lalu adalah satu hal yang tidak bijaksana. Manusia baru diajak untuk melihat masa depan. Masa depan menjanjikan ruang pertobatan dan perbaikan diri. Allah memberi ruang pengampunan bukan hanya secara fisik di kamar-kamar pengakuan yang ada di gedung gereja. Allah memang memberi pintu pengampunan. Jika orang menyesal akan apa yang dilakukan pada masa lalu dan ingin memulai hidup baru, Allah mempunyai pintu untuk itu. Seperti Paulus, tobat kita harus diwujudkan dengan karya nyata guna mengungkapkan sikap tobat kita. Seluruh hidup dibaktikan untuk kehidupan baru. “Bukan lagi aku yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam Aku

sumber:www.indocell.net/yesaya/

Minggu, 23 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:24 Januari~Peringatan Wajib St. Fransiskus de Sales, Uskup dan Pujangga Gereja

Fransiskus dilahirkan di kastil Château de Thorens dalam sebuah keluarga bangsawan di Savoy pada tanggal 21 Agustus 1567, sebagai yang sulung dari duabelas bersaudara anak-anak François de Boisy dan Françoise de Sionnz. Orangtuanya ingin Fransiskus menjadi seorang ahli hukum, masuk dalam dunia politik dan meneruskan garis kekuasaan keluarga. Ia bersekolah di La Roche dan Annecy di Perancis dengan para pengajar dari Serikat Yesuit. Selanjutnya dalam usia duabelas tahun mengambil kuliah di Collège de Clermont di Paris. Dalam masa remajanya, Fransiskus mulai terengaruh ajaran Calvin mengenai predestinasi (= takdir) dan percaya bahwa ia ditakdirkan masuk neraka. Tetapi ia berpendirian, “Kalau aku tidak diizinkan mencintai Tuhan di akhirat, setidak-tidaknya aku akan berusaha sekuat tenaga mencintai-Nya di dunia ini.”Fransiskus belajar hukum dan theologi di Universitas Padua, Itali dan meraih gelar doktor di kedua bidang. Saat pulang, jabatan Senator tlah menantinya. Ia memilih untuk mengurbankan karir duniawi demi cita-cita menjadi imam. Ia diutus untuk menobatkan para pengikut Calvin di Choblais. Pada tahun 1602 Fransiskus ditahbiskan sebagai Uskup Geneva (Swiss). Kekayaan rohani dibagi-bagikan Fransiskus dalam banyak tulisan, pamflet dan buletin. Ia adalah orang kudus pertama yang memakai surat kabar untuk mewartakan iman. St Fransiskus wafat pada wafat pada tanggal 28 Desember 1622 di Lyon. Pada tanggal 8 Januari 1662 Fransiskus de Sales dimaklumkan sebagai beato oleh Paus Alexander VII dan dikanonisasi pada tanggal 19 April 1665 oleh paus yang sama. Pada tahun 1877 ia dimaklumkan sebagai Pujangga Gereja oleh Paus Beato Pius IX dan pada tahun 1923 dimaklumkan sebagai pelindung pers dan penulis Katolik oleh Paus Pius IX.
Renungan:

Fransiskus de Sales, karena panggilan Allah, meninggalkan karier dan memilih menjadi imam. Lewat karya imamatnya ia menantang pengaruh ajaran predestinasi (takdir) yang disebarluaskan Calvin. Tuhan berkenan akan ketulusan hati dan khotbahnya yang penuh kasih dan kelembutan. Dari 72.000 umat Katolik yang telah memeluk ajaran Calvinisme, 67.000 di antaranya kembali ke pangkuan Gereja Katolik. Fransiskus ditahbiskan menjadi Uskup Geneva (Swiss). Ia berjumpa dengan St. Yohana Fransiska de Chantal dan mereka mendirikan Serikat Visitasi yang intinya hendak meneladan Maria yang dengan kerendahan hati mengunjungi (visitasi) dan membantu Elisabet saudarinya. Segala sesuatu di dunia merupakan sarana di tangan Tuhan untuk menyelamatkan dunia. St Fransiskus de Sales mempergunakan surat kabar sebagai sarana tepat untuk mewartaan Sabda Allah. Sarana yang tepat artinya yang baik dan berguna. Kebenaran harus disampaikan dengan cara yang tepat dengan sarana yang tepat pula.


sumber:www.indocell.net/yesaya/

Kamis, 20 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:Peringatan Wajib St. Agnes, Perawan dan Martir

Agnes dilahirkan pada tahun 291. Ia seorang remaja yang cantik jelita hingga banyak pemuda jatuh hati padanya. Agnes hidup pada masa kekaisaran Romawi mencapai puncak kejayaan dan sang kaisar menghendaki disembah sebagai dewa. Agnes adalah salah seorang dari antara banyak umat Kristiani yang menolak menyembah kaisar. Ia baru berusia 13 tahun dan bersedia mati daripada mengkianati imannya. Beberapa pemuda bersedia menikahinya asal ia menyangkal iman. Tetapi Agnes mengatakan, “Aku telah mempunyai seorang Kekasih. Ia mencintaiku dan aku pun mencintai-Nya. Dialah Yesus Kristus.” Perkataan Agnes membuat mereka murka. Agnes diikat di atas api unggun dan api pun dinyalakan. Sungguh aneh, meski api berkobar, Agnes tidak terbakar. Hal ini membuat mereka bertambah geram. Seorang dari mereka menghunus pedang dan menghujamkannya pada leher jenjang si gadis. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 304.
Renungan:

“Aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah” (Roma 12:1). Spiritualitas yang dihayati Santa Agnes sejalan dengan semangat teologis Santo Paulus. Jiwa raga diserahkan kepada Allah. Semangat yang sama diinspirasi dari korban hidup yang dilakukan Yesus Kristus demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia. “Aku telah mempunyai seorang Kekasih. Ia mencintaiku dan aku pun mencintai-Nya. Dialah Yesus Kristus.” Sosok Agnes layak menjadi teladan bagi kita semua, khususnya pemuda dan pemudi zaman kini. Hendaklah kita memiliki spiritualitas bahwa tubuh adalah kenisah Roh Kudus. Kita memancarkan cahaya rahmat bagi orang lain. Sang Pencipta dan Roh Cinta Kasih harus dimaklumkan kepada dunia melalui tubuh kita.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Rabu, 19 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:20 Januari

St. Fabianus, Paus dan Martir

Paus Fabianus, yang berasal dari Roma, dinobatkan menjadi Paus menggantikan Paus Santo Anterus (235-236) pada tanggal 10 Januari tahun 236. Ia mengatur kembali administrasi Gereja. Umat dibagi dalam tujuh wilayah gerejani yang dipimpin oleh tujuh diakon dengan dibantu oleh tujuh subdiakon untuk mengurus banyak laporan tertulis mengenai para martir. Tetapi Kaisar Gaius Decius (249-251) membangkitkan kembali penganiayaan terhadap umat Kristiani. Bahkan Paus Fabianus juga ditangkap dan dibunuh pada tanggal 20 Januari tahun 250.


Renungan:

Jika seorang ibu tidak memberi dadanya dihisap oleh kehidupan baru, niscaya akan punahlah kehidupan. Jika seorang ayah tidak membiarkan keringatnya dihisap oleh anak- anaknya, maka tidak akan terjadi perkembangan. Adalah tanggung jawab moral orangtua untuk memelihara kemanusiaan. Itu dilakukan dengan segala pengorbanan. Orangtua akan senatiasa dikenang oleh anak-anaknya. Bayangkan, andaikata para penganut iman perdana tidak bersusah-payah, tidak memeras air mata, tidak menumpahkan darah, adakah iman Katolik di bumi ini? Tidak bisa dibayangkan adanya iman Katolik tanpa para martir. Mereka telah mempertaruhkan daya, airmata, darah dan nyawa agar supaya kebaikan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Mereka menyiram bumi Gereja dengan darah dan kemartirannya dan memberi kesuburan dari tahun ke tahun, dari abad ke abad. Kemenangan yang mengalahkan dunia ialah iman. Walau sejarah mencatat penindasan dan aniaya, iman masih terus bertumbuh di bumi. Semangat yang senantiasa dipelihara dalam Gereja adalah spiritualitas kemartiran. Tetapi bukan dengan cara gagah-gagahan untuk memperlihatkan diri sebagai martir, melainkan dengan cara terus berbuat baik, membela kemanusiaan dengan segala resikonya.


sumber:www.indocell.net/yesaya

Selasa, 18 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:19 Januari

St. Marius, Martir

Sekitar awal abad keempat Marius, bangsawan kaya dari Persia, berziarah bersama keluarga: isterinya Marta dan kedua buah hati mereka Audifax dan Abakuh, ke kota Roma. Tujuan ziarah adalah mengunjungi pusat Gereja Kristus dan makam para martir. Sayangnya, mereka tiba di Roma saat situasi gawat, yakni penganiayaan umat Kristen pada awal masa pemerintahan Kaisar Honorius (395-4240). Marius prihatin akan nasib orang-orang Kristen yang meringkuk di penjara-penjara. Ia mengunjungi mereka dan membagi-bagikan harta miliknya kepada mereka agar mereka dapat menyambung hidup. Tetapi karena perbuatannya itu, ia dipandang sebagai lawan dan musuh kaisar. Akhirnya Marius beserta isteri dan kedua anaknya ditangkap sewaktu menguburkan jenazah para pahlawan iman Kristiani di kota abadi itu. Mereka mati sebagai saksi iman yang sama yang mereka kagumi.

Renungan:

“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” (Roma 8:35). Umat Paroki Leo Agung, Jatibening, menanggung penderitaan karena rumah ibadatnya dibakar oleh pemuda-pemuda yang tidak bertanggung jawab. Kerusuhan di Situbondo menyebabkan umat Kristen menderita karena gereja-gereja dan sekolah-sekolah Kristen dibakar. Hal serupa terjadi juga di Tasikmalaya: sebuah gereja Kristen Katolik dibakar. Sudah pasti, umat Kristen merasa sedih dan pedih hati. Tetapi perlu dicamkan, penderitaan masa mendatang akan jauh lebih hebat. Bukan lagi gedung gereja, tetapi imanmu akan Yesus Kristus yang hendak dirampas. Imanmu itu lebih berharga daripada emas, perak ataupun tubuhmu sendiri. Iman menyangkut hak asasi. Keyakinan adalah hak-hak dasar kemanusiaan. Kita mesti bersiap menghadapi deraan lebih hebat lagi. Kiranya kita semua berdoa, “Hai langit, turunkanlah Sang Adil dari atas; hai awan, curahkanlah Dia.”

sumber :www.indocell.net/yesaya

Senin, 17 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:18 Januari

St. Priska, Perawan dan Martir

Puteri bangsawan Roma ini tidak diketahui hari kelahiran dan wafatnya. Namun Gereja mewarisi catatan ringkas yang menceritakan bahwa pada saat berusia 13 tahun, gadis kecil ini ditangkap dan dipenggal kepalanya oleh Kaisar Claudius (41-54) karena tetap setia kepada iman akan Yesus Kristus. Priska dihormati sebagai perawan dan martir oleh umat Kristen Roma. Jenazahnya dimakamkan di Katakombe Santa Priscila di Jalan Salaria. Keharuman namanya didokumentasikan dalam sebuah gereja yang diberi nama Gereja Santa Priska.

Renungan:

“Mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:30). Kebenaran abadi ini berlaku bagi Santa Priska, remaja kecil yang berasal dari keluarga bangsawan Roma. Ia termasuk dalam bilangan orang yang dipanggil kepada keselamatan. Dan keselamatan itu harus dibayarnya dengan harga mahal. Ia merelakan kepalanya dipisahkan dari tubuhnya demi iman akan Kristus. Sejarah Gereja selalu ditandai dengan darah para martir. Darah para martir adalah benih-benih kekristenan.


sumber:www.indocell.net/yesaya

Minggu, 16 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:Peringatan Wajib St. Antonius, Abbas

Antonius dilahirkan di Mesir dalam sebuah keluarga yang kaya raya pada tahun 251. Ketika usianya 20 tahun, orangtuanya meninggal dunia. Ia mewarisi sejumlah besar harta. Namun pemuda Mesir ini lebih tertarik pada sabda hidup dari Injil, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Matius 19:21). Didorong oleh Roh kehidupan dari Sang Sabda, ia membagi harta kekayaannya kepada fakir miskin. Ia sendiri memilih corak hidup pertapaan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan menyatu dengan Kristus sang Miskin yang kaya raya. Karena imannya yang kuat dan kokoh ia mampu mengatasi segala cobaan dan godaan. Hidup tapa menghantar Antonius ke tingkat hidup rohani yang tinggi. Dengan nasehat dan petunjuk-petunjuk yang tepat ia membantu banyak orang yang lapar dan haus akan bimbingan rohani. Dari hidup kontemplasi yang mendalam ia menimba kekuatan untuk membela iman Katolik melawan ajaran sesat kaum Arian. Antonius wafat dalam damai pada tahun 356, dalam usia 105 tahun.
Renungan:

Santo Antonius Abbas bukanlah orang yang melakukan tapa tanpa tujuan. Hidup bakti dalam biara konptemplatif bertujuan melatih diri, menahan nafsu, melawan nafsu tidak teratur, nafsu dosa-dosa pokok: sombong, marah, tamak, kikir, iri hati, cabul dan malas, untuk menggalang etos kerja dan membangun pelbagai kebajikan-kebajikan cinta kasih, keadilan dan kebenaran, kebebasan, kemerdekaan yang bertanggung-jawab. Pertapaan adalah komunitas biara yang hidup dalam kesunyian dan keheningan. Mereka hidup penuh disiplin dan dinamis. Mereka membagi waktu untuk berdoa dan berkarya secara efisien. Mereka memusatkan hidupnya untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan berdoa untuk keselamatan segenap Gereja dan umat manusia.


sumber:www.indocell.net/yesaya

Jumat, 14 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:15 Januari

St. Arnoldus Janssen, Imam

Arnoldus Janssen dilahirkan pada tanggal 5 Nopember 1837 di Goch, Jerman. Ia adalah seorang imam. Dalam pelayanannya sebagai guru ia bergerak di bidang kerasulan doa dan menjadi pemimpin kerasulan doa untuk Jerman dan Austria. Keprihatinannya adalah mendorong untuk mempersatukan kembali umat Kristen. Aspek lain dari semangat doanya ialah membangkitkan rencana penyebaran Injil pada bangsa-bangsa yang belum mengenal Sang Sabda, lux mudi (= terang dunia). Atas himbauan Mgr Raymund, didirikannya sebuah “rumah missi” pada tanggal 8 Desember 1875 di Steyl-Belanda. Inilah titik awal berdirinya Societas Verbi Divini (SVD) atau yang kita kenal sebagai Serikat Sabda Allah. Karya misioner yang terpadu antara Allah dan manusia itu berkembang di seluruh dunia: Amerika Latin (Argentina, Brasilia, Chili), Asia (Cina, Jepang, Philipina, Indonesia, Papua Nugini), Afrika (Zaire, Ghana, Togo, Madagaskar). Karyanya ditunjang dengan percetakan sebagai sumber dana keuangan dan kerasulan Kitab Suci dan katakese. Spiritualitas utama ialah devosi kepada Tritunggal Mahakudus dan penghormatan kepada Santa Perawan Maria Bunda Yesus dan Bunda umat manusia. Selain SVD, Santo Arnoldus mendirikan dua serikat biarawati yakni: SSpS dan SSpSAP dari Adorasi Abadi yang mendukung kegiatan-kegiatan rohani dan jasmani Serikat Sabda Allah dengan doa. Arnoldus Janssen wafat pada tanggal 15 Januari 1909. Pada tanggal 19 Oktober 1975, pada Hari Minggu Misi Sedunia, Paus Paulus VI menobatkan orang Steyl ini menjadi yang berbahagia atau Beato, dan pas Yohanes II memaklumkannya sebagai Santo pada tanggal 5 Oktober 2003.
Renungan:

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yohanes 1:14). Inti Injil adalah Sang Sabda, pencipta semesta alam, menjadi manusia dan menganugerahkan hidup baru. Hidup baru diperoleh dengan sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Tugas Gereja adalah membagi hidup baru itu kepada semua orang yang berkemauan baik. Semua serikat misionaris diutus oleh serikat masing-masing untuk melanjutkan karya misionaris. Itulah panggilan dan utusan SVD yang utama dan masih tetap berlaku. Banyak orang dari pelbagai bangsa, suku dan bahasa menjadi anggota Gereja. Banyak orang dan suku bangsa yang masih tertutup bagi kedatangan dan kehadiran Sang Imanuel: Tuhan beserta kita. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Yohanes 1:11).

sumber:www.indocell.net/yesaya

Kamis, 13 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:14 Januari

St. Makrina Tua

Santa Makrina Tua hidup suci bersama suaminya. Ketika terjadi penganiayaan terhadap umat Kristiani, St Makrina dan suaminya hidup dalam pengasingan selama tujuh tahun lamanya. Dalam masa penganiayaan yang lain, segala kekayaan dan harta milik Makrina dan suaminya disita penguasa. Tak ada yang tersisa bagi mereka terkecuali iman yang mereka wariskan kepada segenap anak dan cucunya. Anak dan menantunya adalah St Basilius Tua dan St Emilia. Beberapa dari antara cucunya juga dinyatakan kudus pula oleh gereja: St Makrina Muda, St Basilius Agung, St Petrus dari Sebaste dan St Gregorius dari Nyssa.


Renungan:

Santa Makrina Tua termasuk umat yang istimewa. Imannya mendalam, harapannya kokoh, kuat dan kasihnya membara kepada Tuhan dan sesama. Hasilnya, mereka mendirikan suatu persekutuan para kudus mini di dunia. Dasar keberhasilannya terletak dalam usaha persembahan tubuh mereka sebagai korban hidup yang suci dan berkenan kepada Allah. Mereka memang ada di dunia ini, tetapi bukan dari dunia ini. Mereka sudah menjadi manusia baru dan senantiasa mencari kehendak Allah, sebagaimana Kristus. Perbuatan baik dan yang berkenan kepada Allah menjadi tekad hidupnya. Semua ini demi melancarkan jalan menuju kesempurnaan. Niat dan tekad hidup ini tercapai bila Tuhan Allah selalu dipihak kita. Dialah penunjuk jalan yang akan mendatangkan berkat dan rahmat. Siapa yang berharap dan percaya tidak akan sia-sia pengharapannya karena Tuhan itu kekal abadi kasih setiaNya. Semoga Bapa, Putra dan Roh Kudus senantiasa menyertai kita berkat doa restu Santa Makrina.


sumber:www.indocell.net/yesaya

Rabu, 12 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:13 Januari

St. Hilarius, Uskup dan Pujangga Gereja

Hilarius dilahirkan pada tahun 315 di Poitiers, Perancis Selatan. Berkat ketekunannya membaca buku-buku rohani dan Kitab Suci, ia diterima dalam pangkuan Gereja Katolik. Ia tidak saja pandai, melainkan saleh dan bijaksana pun berbakat. Ia ditahbiskan menjadi imam dan kemudian uskup. Dengan mahir dan tegas ia membela ajaran-ajaran Gereja melawan budaya Arianisme (ajaran sesat yang tidak mengakui Ke-Allah-an Yesus Kristus). Karena itulah Hilarius dibuang oleh kaisar. Selama tiga tahun dalam pengasingan, ia menulis banyak buku, yang paling mashyur di antaranya adalah tentang Tritunggal yang Mahakudus. Namun Pujangga Gereja ini akhirnya dipulangkan kembali karena di tempat pembuangan justru banyak orang bertobat. Sekembalinya di tanah air, Hilarius tetap gigih membela iman hingga menutup mata pada tahun 367.
Renungan:

Kemauan yang membaja dan ketekunan berjuang adalah percikan kebijaksanaan Tuhan yang mengiringi Uskup Hilarius dan hasilnya adalah buah-buah kebenaran ditaburkan dalam damai bagi mereka yang membawa damai. Damai karena kebenaran iman bahwa Yesus adalah Allah. Ia adalah Putera Allah yang menjadi manusia demi keselamatan umat manusia. Kebijaksanaan dalam berdialog harus difokuskan pada kebenaran yang diimani dan dibela, bukan kepentingan pribadi atau golongan. Sikap rendah hati dan cinta damai akan membuahkan kebenaran abadi.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Selasa, 11 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:12 Januari

St. Hilda, Abbas

Hilda dilahirkan pada tahun 617 dari keluarga bangsawan Anglo-Saxon. Sesudah menjadi Katolik pada usia 13 tahun, ia memilih hidup sebagai seorang biarawati. Karena teladan hidupnya, Hilda diangkat menjadi pemimpin biara. Ia memimpin biara dengan arif bijaksana. Biara Whytby yang dipimpinnya begitu terkenal. Ia dipanggil “Ibu” baik oleh raja maupun rakyat jelata berkat keramah-tamahan dan kebaikan hatinya. Banyak orang dari pelbagai kalangan, pemerintah dan rakyat datang meminta nasehat. Prestasi besar yang patut dicatat ialah dalam sinode tahun 664 Abbas Hilda berhasil mengusulkan tanggal Hari Raya Paskah dengan tata cara Romawi. Ia wafat sebagai Abbas di Biara Whytby, Inggris Utara pada tahun 680.

Renungan:

Jiwa dan roh manusia pada hakekatnya terorientasi kepada sang pencipta-Nya. Sebagian orang yang menemukan Kristus dalam agama Katolik merasa diri terpanggil untuk hidup membaktikan diri dalam biara aktif maupun dalam biara kontemplatif. Santa Hilda, seorang putri bangsawan pada abad ke-7, telah membaktikan hidupnya demi Kristus. Ia menghayati dan mengamalkan hidup bakti sesuai nasehat-nasehat Injil: kemiskinan, kemurnian dan ketaatan.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Senin, 10 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:11 Januari

St. Alexander, Paus dan Martir

Alexander I adalah paus ke-6, Wakil Kristus, Kepala Gereja Katolik sedunia dan martir pada abad pertama. Ia berkebangsaan Roma, masa pontifikatnya (105-115) pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus. Paus Alexander inilah yang mencetuskan rumusan kata-kata Liturgi Ekaristi, “Qui pridie quam pateritur” yang artinya, “Yang sehari sebelum Ia menderita.” Guna menyelaraskan liturgi dengan pesan terakhir Yesus, ia menginstruksikan agar anggur yang dipakai dalam Perayaan Ekaristi dicampur dengan sedikit air, sebagai lambang darah dan air dari lambung Yesus di kayu salib. Selain itu, beliau mensahkan pemakaian air suci dalam pemberkatan sebagai lambang hujan berkat Tuhan. Karena kasihnya yang besar kepada Tuhan, Paus Alexander merelakan kepalanya dipenggal bersama dengan kedua imamnya, Evenius dan Theodolus, oleh penentang ajaran Kristus pada jaman kekaisaran Romawi pada tahun 115.

Renungan:

Liturgi Gereja memberi penghormatan khusus kepada para martir. Para martir melakukan semuanya dengan keyakinan bahwa tubuh boleh musnah tetapi jiwa abadi. St Alexander merupakan satu contoh dari sosok martir. Para martir tahu apa yang mereka perjuangkan. Salib bukan tujuan. Salib itu konsekuensi yang harus dilalui untuk memperjuangkan kebenaran dan kebaikan. Seorang Katolik sejati tidak menolak salib. Salib merupakan bagian dari perjalanan hidup sebagai seorang Katolik. Kesediaan untuk menanggung salib membuat kita sanggup menerobos kekakuan dan kebekuan sikap pihak-pihak yang mengkianati kebenaran dan kebaikan.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Ziarah Iman bersama Para Kudus:10 Januari

B. Gregorius X, Paus

Teobaldi Visconti dilahirkan di Picenza-Italia pada tahun 1210. Ia adalah pembantu Kardinal Yakopo Pecoraria, diutus oleh Paus Gregorius IX dalam suatu misi ke Perancis dan Inggris. Ia juga menjadi salah satu anggota militan kelompok pejuang pembebasan Tanah Suci dari penguasaan kaum Muslim. Sesudah Paus Klemens IV (1265-1268) wafat, Tahta Suci lowong selama tiga tahun karena terjadi perpecahan dalam tubuh Kolegium Para Kardinal antara blok Perancis dan Italia. Berkat kerja keras enam kardinal, yang dipilih dari 15 Kardinal dalam pertemuan di kota Viterbo, Teobaldi Visconti terpilih menjadi Paus. Ketika itu, ia masih berada di Palestina dan baru berangkat ke Viterbo pada bulan Pebruari tahun 1271. Pada tanggal 19 Maret 1271 beliau dinobatkan menjadi Paus Gregorius X. Selama kepemimpinannya, ia berusaha dalam pembangunan kekaisaran Romawi yang suci, pembaharuan Gereja, persatuan gereja-gereja Yunani dengan Roma, pembebasan Yerusalem dari penguasaan kaum Muslim. Ia memisahkan dengan tegas antara urusan Gereja dan negara tetapi erat bekerja sama. Konsili besar di Lyons, Perancis, yang merupakan suatu prestasi besar, terselenggara di bawah pimpinannya dengan dihadiri 1500 prelatus Gereja. Dengan bantuan dana dari Perancis dan Inggris, ia membebaskan Tanah Suci Yerusalem. Paus Gregorius wafat pada tahun 1276.
Renungan:

Kisah perjalanan seorang anak manusia adalah pergulatan menuju kesempurnaan. Ia melukiskan hidupnya di atas kanvas kehidupan dengan aneka warna. Antara warna putih (kesempurnaan) dan hitam (kegelapan hidup). Kalau mau jujur, tak ada manusia yang seputih kanvas dan tak ada yang hitam pekat. Gregorius tercatat sebagai paus ke-184. Paus Gregorius memerintah Tahta Petrus dengan kebijaksanaan manusia dan Allah, yakni tahu mengasihi. Mengasihi adalah syarat hidup Kristiani dalam Allah. Mengasihi baginya adalah mengetahui dan mengenal lingkungan hidup, sejarah dan kebudayaan bangsa-bangsa. Ia juga mengenal kebutuhan, tingkat kehidupan, agama dan relasi antar manusia. Sebelum Yesus mengangkat Petrus menjadi gembala, Ia bertanya, “Simon, anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini?” Pertanyaan yang sama diajukan sebanyak tiga kali. Apa arti pertanyaan ini? Pertanyaan Yesus tidak berbunyi: Berapa jumlah orang yang menghargai engkau, yang mendukung engkau, apa yang akan engkau laksanakan. Tetapi, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Mencintai di sini menyangkut mengenal rahasia Allah yang menjelma menjadi manusia.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Jumat, 07 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:8 Januari

St. Apollinaris, Uskup

St Claudius Apollinaris adalah Uskup Heirapolis, Phrygia pada abad kedua. Ia menulis suatu pembelaan iman kepada Kaisar Marcus Aurelius yang mengingatkan kaisar akan kemenangan ajaib yang diperolehnya berkat doa umat Kristiani dan akan janjinya untuk melindungi umat Kristiani. St Apollinaris banyak berkarya dan menulis membela iman melawan bidaah-bidaah sesat. Uskup yang kudus ini wafat sekitar tahun 175.

Renungan:

Penderitaan lahir dan batin bisa saja menjadi ancaman hidup manusia sampai di liang lahat. Penderitaan datang tanpa diminta atau diundang. Datangnya pun dapat secara intern maupun ekstern. Penderitaan datang karena dosa asal dan dosa-dosa pokok: sombong, marah, tamak, kikir, iri hati, cabul dan malas. Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Roma 5:12). Sebelum maut, penderitaan datang bertubi-tubi. Yesus raja sengsara mengalami penderitaan batin yang menguras keringat darah dalam sakrat maut di Taman Zaitun. Sedangkan sepanjang Via Dolorosa (jalan salib) sampai wafat di salib,

Yesus menderita sengsara yang disebabkan dari luar oleh para penjahat. St Apollinaris mengalami penderitaan yang bertubi-tubi. Penderitaan adalah misteri hidup yang pasti dihadapi setiap manusia. Yesus bersabda, Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Matius 5:10). Hanya ada satu jalan yang pasti menuju kepada kemuliaan, yakni melalui Yesus Kristus Sang Juruselamat. Dialah jalan, kebenaran dan hidup.

sumber:www.indocell.net/yesaya/

Kamis, 06 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:7 Januari

St. Raymundus dari Penyafort, Uskup dan Pengaku Iman

Pada tahun 1175, sebuah keluarga bangsawan di Penyafort, Spanyol dikaruniai seorang putera yang sehat dan mungil. Anak ini dibaptis dengan nama Raymundus. Ia dididik dalam keluhuran iman dan pengetahuan Katolik. Selanjutnya ia mengenyam pendidikan retorika dan ilmu hukum dan di kemudian hari menggabungkan diri dalam Ordo Dominikan, satu ordo yang ketika itu sangat memperhatikan ilmu pengetahuan. Paus Gregorius IX (1227-1241) mengangkatnya sebagai Bapa Pengakuan dan mempercayakan tugas mengumpulkan dekrit konsili dan kepausan yang kemudian menjadi karya klasik hukum Gereja selama 700 tahun. Raymundus mendorong St. Thomas Aquinas menyusun karyanya yang terkenal "Summa Contra Gentiles". Raymundus mendirikan Fakultas bahasa Arab dan bahasa Ibrani dan memperkenalkan bahasa Arab dan Ibrani disemua sekolah Dominikan. Dengan penuh semangat ia berkotbah membela kebenaran-kebenaran pokok Gereja, membina umatnya, mempertobatkan bangsa Moor dan Yahudi. Sebagai pembesar Dominikan, ia sangat mendorong dan memajukan misi Gereja. Raymundus Penyafort wafat pada tanggal 6 Januari 1275 di Barcelona dalam usia 100 tahun.
Renungan:

Nasehat itu ada takarannya. Nasehat yang diberikan dengan takaran yang berlebihan seperti obat yang kelewat dosis. Ia malah dapat menimbulkan penyakit. Setiap orang ingin berkembang menurut apa yang dia anggap mampu. Seorang penasehat dalam arti sesungguhnya hanya membantu melihat arah dan memberitahu apa yang mungkin terjadi dari sekian banyak pilihan. Keputusan untuk menjalankan hidup berada di tangan orang yang meminta nasehat. Untuk itu, seorang penasehat perlu tahun kapan dia harus menahan diri untuk memberi nasehat.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Rabu, 05 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:6 Januari

Hari Raya Penampakan Tuhan


Hari Raya Penampakkan Tuhan kepada para majus dirayakan pada tanggal 6 Januari. Sekarang perayaan ini dirayakan pada hari Minggu antara tanggal 2 - 8 Januari sesudah Pesta Keluarga Kudus. Perayaan ini disebut juga Hari Raya Epifania berkenaan dengan kunjungan para majus ke Betlehem (Matius 2:1-12). Pada zaman Yesus istilah “majus” bermakna ahli nujum. Dalam tradisi muncul sebuah ceritera tentang Tiga Sarjana atau Tiga Raja dari Timur yang dikenal dengan nama Gaspar, Melkior dan Baltazar. Ketiga raja itulah yang dipercayai datang ke Betlehem untuk menyembah Kanak-kanak Yesus. Mereka mempersembahkan emas, dupa dan mur, sebagai ungkapan sembah bakti mereka kepada Dia yang adalah Raja, Allah dan Manusia. Ketiga nama raja ini tidak disebut dalam naskah-naskah Kitab Suci. Injil Matius pun tidak menyebutkannya. Ketiga nama ini berkembang dalam tradisi dan dipakai juga oleh umat Kristiani sebagai nama pelindung. Diyakini pula ketiga orang ini layak disebut kudus sebab ketekunan mereka dalam mencari Allah yang berasal dari keturunan Raja Daud, yang memerintah alam semesta.
Renungan:

Tiga sarjana dari Timur datang menyembah Sang Raja yang dilahirkan dari keturunan Daud, Dia yang Diurapi, Mesias Anak Allah yang hidup. Mencari Allah merupakan kerinduan dasar setiap manusia. Kerinduan ini bersifat dasariah dan melekat dalam kodrat manusia. Persoalannya, ke mana orang mencari kerinduan dasariah tersebut. Orang bisa mencari di tempat yang salah. Kerinduan atau kebutuhan dasariah ini bisa juga dipenuhi dengan hal-hal tidak tepat. Mereka bisa menjadi penyembah berhala atau penikmat hal-hal duniawi belaka. Tiga sarjana dari Timur menjawabi kerinduan dasar tersebut dengan cara yang tepat. Walaupun menghadapi hambatan dari Herodes, mereka akhirnya bertemu dengan Dia yang mereka cari. Mereka lalu mempersembahkan cinta kasih (emas), dupa yang harum mewangi dan mur sebagai lambang matiraga dan pengendalian diri. Menemukan Allah membutuhkan pengorbanan dan kasih.


sumber:www.indocell.net/yesaya

Selasa, 04 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:5 Januari

St. Yohanes Neumann, Uskup

Yohanes Neumann dilahirkan pada tanggal 28 Maret 1811 di Bohemia dalam keluarga yang saleh. Pada tahun 1832 ia menjalani pendidikan imam sebab terdorong oleh hidup para imam. Kemudian ia menjadi seorang misionaris di Amerika Serikat dan ditahbiskan oleh Uskup Yohanes Dubois di New York pada tanggal 25 Juni 1836 dalam Serikat Redemptoris. Pada tahun 1852, ia ditahbiskan menjadi Uskup Philadelphia oleh Paus Pius IX. Sepanjang kepemimpinannya, beliau mengunjungi semua paroki dalam wilayah keuskupannya guna menyemangati para imam dan umat dalam penyebaran Injil dan perkembangan Gereja. Ia membangun 80 buah gereja, seratus sekolah, seminari, juga lima tarekat religius. Ia membangun Gereja Katedral Philadelphia, membantu penyusunan dan pemakluman Dogma Maria Dikandung Tanpa Dosa Asal di Roma pada tahun 1854. Empat tahun kemudian, Maria meneguhkan dogma itu di Lourdes dengan menampakkan diri sebagai “Yang Dikandung Tanpa Dosa Asal”. Dengan gigih Uskup Neumann membela iman Katolik dari ajaran-ajaran sesat dan memperkenalkan serta memajukan devosi Sakramen Mahakudus. Yohanes Neumann wafat pada tanggal 5 Januari 1860.
Renungan:

St. Yohanes Neumann adalah seorang pahlawan spiritual Gereja. Cita-citanya tinggi menembus surga; cita-cita ini senantiasa berkobar dalam dirinya dan menghantarnya menempuh imamat suci. Cita-cita hidup yang baik menuntut usaha keras. Usaha keras dari pihak manusia disertai doa yang tekun kepada Allah membawa keberhasilan. Jika bukan keberhasilan yang kasat mata, semangat yang tinggi untuk berhasil juga bisa menjadi contoh teladan bagi orang lain. Hidup manusia adalah kesempatan untuk mengatasi kendala-kendala hidup. Jika berhasil, bersyukurlah kepada Allah. Jika belum berhasil, serahkan kepada Allah. Allah akan menyempurnakan usahamu.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Senin, 03 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:4 Januari

St. Elizabeth Ann Seton, Janda

Elizabeth dilahirkan di New York, Amerika Serikat, pada tahun 1774, dalam sebuah keluarga Anglikan yang saleh. Ayahnya seorang dokter. Ibunya meninggal dunia ketika ia baru berusia tiga tahun. Ayahnya mendidiknya dalam hal kerohanian dan ilmu pengetahuan. Ketika usianya duapuluh tahun, Elizabeth menikah dengan William Seton, seorang saudagar kaya, dan dikaruniai lima orang anak. Beban hidup terasa berat setelah kepergian suaminya. Ia menjadi janda dan harus sendirian memberi hidup dan mendidik kelima orang anaknya yang dididiknya dalam suasana bebas tetapi berdisiplin ketat. Berkat kesaksian hidup dari satu keluarga Katolik, keluarga Filicchi, yang baik budi dan penuh kasih di Italia, Elizabeth merasa sangat tertarik kepada Gereja Katolik yang satu, kudus dan apostolik. Secara khusus, ia terpikat akan kasih Yesus Kristus dalam Ekaristi Kudus. Sekembalinya ke Amerika pada tahun 1805, ia diterima secara resmi dalam Gereja Katolik yang sangat dikaguminya itu. Pada tahun 1809, ia mendirikan Kongregasi St Yosef untuk para suster yang bergerak di bidang pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu. Kongregasinya berkembang pesat hingga beranggotakan 9000 orang suster. Dengan tegas dan lemah-lembut ia memimpin serta membimbing suster-susternya. Para suster menghormatinya sebagai seorang ibu. Perempuan yang penuh dinamika ini wafat dalam damai pada tanggal 4 Januari 1821. Paus Paulus VI memaklumkannya sebagai santa pada tahun 1975.
Renungan:

Gereja Katolik yang satu, kudus, katolik dan apostolik mempunyai kepenuhan iman dan rahmat. Lembaga keselamatan ini memiliki kebenaran yang utuh, sehingga mempunyai daya tarik dan daya pikat bagi segala yang baik dan suci. Inilah yang dialami St Elizabeth Ann Seton. Melalui Moeder Elizabeth Ann Seton, kepenuhan rahmat itu dibagikan kepada suster-suster dan anak-anak didik mereka. Kepenuhan iman dan rahmat menjadi mahkota bagi Moeder Elizabeth Ann Seton. Beliau dimaklumkan sebagai “Santa” pada tanggal 14 September 1975 oleh Paus Paulus VI.

“Mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:30). Apakah kita juga cukup mencintai kebenaran iman dan kekayaan rahmat iman kepercayaan kita? Hendaknya apa yang kita yakini itu dapat kita saksikan ke tengah dunia khususnya kepada lingkungan keluarga dan masyarakat kita sehingga apa yang benar adalah benar dan apa yang salah adalah salah. Kebenaran akan selalu berada di atas segalanya. Satu hal yang jelas dari hidup Santa Elizabeth Ann Seton adalah: menjadi Katolik membuatnya menjadi lebih masuk ke dalam dunia. Ia tidak menyembunyikan kekatolikannya melainkan mewartakannya kepada dunia dengan caranya sendiri.

Dalam masyarakat kita, janda merupakan predikat yang merepotkan, menjadi halangan untuk bisa hidup secara wajar. Macam-macam hal negatif bisa dihubungkan dengan predikat janda. Dibutuhkan kekuatan yang besar untuk mengatasi halangan itu, apalagi untuk dapat membuat sesuatu yang berguna. Kedua hal ini berhasil diatasi oleh St Elizabeth Ann Seton. Semuanya terjadi karena iman yang kuat, doa yang tekun serta ketulusan hati. Semuanya dilakukan dengan kasih. Kasih menaklukkan segala hambatan yang mungkin dihadapi. Inilah contoh hidup seorang beriman. Inilah teladan bagi kita sebagai orang yang menamakan diri Katolik. Inspirasi imannya menjadi contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.


sumber:www.indocell.net/yesaya

Minggu, 02 Januari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:3 Januari

Pesta Nama Yesus yang Tersuci

Nama yang suci penuh kuasa dimaklumkan oleh Malaikat Agung St Gabriel kepada Maria, “Hendaklah engkau menamai Dia Yesus” (Lukas 1:31). Pesan yang sama disampaikan malaikat kepada Yosef, “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dia-lah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matius 1:21). Sesudah Maria melahirkan Yesus di kandang Betlehem, mereka pun memberi-Nya Nama Yesus, seperti yang disampaikan malaikat. Nama Yesus unik dan eksklusif. Maknanya adalah Penebus dan Penyelamat. Nama itu dipadukan dengan Kristus, yang artinya “Yang Diurapi”. St. Paulus memulai devosi kepada Nama Yesus. Devosi ini kemudian diikuti pula oleh St Bernardus, St Bernadinus, St Yohanes Kapistrano dan St Ignatius dari Loyola dan berkembang hingga sekarang.
Renungan:

Nomen is Omen. Nama itu adalah rahmat dan keselamatan. Nama Yesus adalah jaminan keselamatan. Dalam dan dengan Nama Yesus para rasul mewartakan Injil, menyembuhkan orang sakit dan mengadakan mukjizat. “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: `Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Filipi 2:9-11). Sepatutnyalah kita dengan penuh iman berlindung kepada Nama Yesus Kristus setiap waktu. Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup.

sumber:www.indocell.net/yesaya