Jumat, 06 Agustus 2010

Sabtu, 7 Agustus (Berjalan Bersama Orang Kudus)-St. Sixtus II dan St. Kayetanus

St. Sixtus II

Para kaisar Romawi yang menganiaya orang-orang Kristen berusaha untuk memusnahkan kepercayaan

kepada Yesus dan agama yang mereka benci sekaligus mereka takuti. Meskipun mereka tidak menyadarinya, namun sesungguhnya setiap kali mereka membunuh seorang kudus, mereka semakin memperkuat keyakinan orang-orang Kristen. Dari penganiayaan bangsa Romawi yang banyak menumpahkan darah itu, muncullah para martir. Persembahan para martir kepada Yesus yaitu kesetiaan mereka, bahkan hingga rela mengurbankan nyawa, mendatangkan berkat bagi Gereja hingga akhir jaman.

Penganiayaan oleh Kaisar Valerian mengakibatkan kemartiran Paus St. Sixtus II dan keenam diakonnya pada hari yang sama. Penganiayaan dilakukan dengan amat kejam. Banyak orang dari komunitas Kristiani bersembunyi dalam katakomba-katakomba bawah tanah. Mereka ambil bagian dalam Perayaan Misa dan saling menguatkan satu sama lainnya. Sixtus, seorang imam Roma, diangkat menjadi Paus pada tahun 257. Pada tahun yang sama penganiayaan oleh Kaisar Valerian dimulai. Paus Sixtus maju terus dengan berani selama satu tahun, sebagian besar dengan bersembunyi, dan meneguhkan umat Kristen. Dengan kebijaksanaan serta kelemahlembutannya, ia bahkan menyelesaikan masalah-masalah tentang iman Kristiani.

Pada tanggal 6 Agustus 258, para prajurit Romawi menerjang masuk suatu ruangan dalam katakomba di mana Sixtus sedang duduk dengan tenang. Ia sedang menyampaikan khotbahnya tentang cinta kasih dan pengampunan Yesus. Sebagian orang mengatakan bahwa ia langsung dibunuh di tempat itu, di atas kursinya, bersama dengan empat orang dari keenam diakonnya. Sebagian lagi mengatakan bahwa ia dan para diakonnya dibawa pergi untuk diadili. Kemudian mereka dibawa kembali ke ruangan yang sama dan dibunuh. Dua diakon lainnya dibunuh juga beberapa saat kemudian pada hari yang sama.

Seabad sesudah peristiwa tersebut, Paus St. Damasus menuliskan sebuah prasasti yang indah di makam St. Sixtus yang terletak dalam katakomba St. Kalistus di Roma. St. Sixtus II amat dihargai oleh umat Kristen perdana dan namanya termasuk dalam daftar orang kudus yang dicantumkan dalam Doa Syukur Agung Pertama.

Kita dapat mohon bantuan doa St. Sixtus II agar kita dapat menghargai karunia iman kita dan tumbuh dalam kasih kepada Yesus. Ketika kita takut berdiri tegak menghadapi apa yang Yesus kehendaki dari kita, kita dapat mohon bantuan doa St. Sixtus dan para diakonnya agar kita dikuatkan.

Renungan:

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1). Kebenaran itu benar, dan ia pasti akan menang. Orang Kristen yang mengalami sengsara, penganiayaan, bahkan hingga wafat sebagai martir karena iman akan masuk ke dalam kemuliaan kekal. Dengan dasar iman dan semangat para kudus dan para martir seperti St Sixtus, kita dikuatkan dalam menjalani hidup di dunia. Kita diteguhkan dalam menghadapi aneka rupa penderitaan dari yang terkecil hingga yang terbesar dengan iman dan optimisme dalam kasih-Nya.

Pada hari ini, mari mohon bantuan doa St. Sixtus dan para diakonnya
bagi para imam Gereja.


St. Kayetanus


Kayetanus dilahirkan di Vicenza, Italia, pada tahun 1480, sebagai putera seorang bangsawan. Ia menyelesaikan studinya di Universitas Padua dalam bidang hukum. Kemudian, ia bekerja di kantor kepausan di Roma. Kayetanus ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1516. Ia kembali ke Vicenza, kota asalnya. Walau sanak-saudaranya yang kaya menentang, Kayetanus menggabungkan diri dengan sekelompok lelaki yang sederhana dan bersahaja, yang membaktikan hidup mereka untuk menolong orang-orang yang sakit dan yang miskin papa. St Kayetanus biasa menjelajahi seluruh penjuru kota guna mencari mereka yang malang dan melayani mereka dengan tangan-tangannya sendiri. Ia membantu pula di rumah sakit merawat pasien-pasien dengan penyakit-penyakit yang paling menjijikkan. Di kota-kota lain juga ia melakukan karya belas kasih yang sama.

St Kayetanus senantiasa mendorong semua orang untuk menyambut Komuni Kudus sesering mungkin. “Aku tak akan bahagia,” katanya, “hingga aku melihat umat Kristiani berduyun-duyun menyambut Roti Hidup dengan antusias dan penuh sukacita, bukan dengan takut-takut ataupun malu.” Bersama tiga orang kudus lainnya, St Kayetanus mendirikan suatu ordo religius bagi para imam yang disebut “Theatines”. Ordo mereka membaktikan diri dengan menyampaikan khotbah kepada sebanyak mungkin orang. Mereka mendorong umat untuk sesering mungkin menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus; mereka merawat orang-orang sakit dan melakukan karya-karya belas kasih lainnya.

Kayetanus wafat dalam usia enampuluh tujuh tahun. Dalam sakitnya yang terakhir, ia membaringkan diri di atas papan-papan yang keras, meskipun dokter berulangkali menasehatinya untuk tidur di atas kasur yang lebih empuk. “Jururselamat-ku wafat di kayu salib,” katanya. “Biarkan aku, setidak-tidaknya mati di atas papan kayu.” Kayetanus wafat pada tanggal 7 Agustus 1547 di Naples. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Klemens X pada tahun 1671.

“Walau segenap para kudus dan segala makhluk meninggalkan engkau, Ia akan senantiasa mendampingimu, apapun yang engkau butuhkan.” ~ St Kayetanus


sumber :www.indocell.net/yesaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar