Senin, 28 Februari 2011

Berjalan bersama Para Kudus:1 Maret

S. Felix III (II)


Paus St Felix III (II) adalah leluhur dari Paus St Gregorius Agung (540-604). Gregorius menulis bahwa ketika bibinya, St Tharsilla, sedang menghadapi ajal, Paus Felix menampakkan diri kepada bibinya dan membimbingnya ke surga. Siapakah Paus St Felix ini? Dan peristiwa-peristiwa apakah yang terjadi dalam hidupnya yang menghantarnya ke kekudusan?
Meski tak banyak catatan tentangnya, tetapi kita tahu bahwa Felix adalah seorang Romawi. Ia seorang yang jujur dan gagah berani dalam menghadapi masa-masa sulit. Felix dinobatkan menjadi paus pada tahun 483. Gereja terpecah-belah atas kelompok-kelompok karena ajaran-ajaran sesat. Faktor-faktor politis mempersulit pelayanan paus. Tetapi, Felix berhasil membuktikan diri sebagai seorang yang gagah berani dalam membela kebenaran-kebenaran iman dan hak-hak Gereja. Banyak yang memperbandingkannya dengan Paus St Leo Agung yang wafat pada tahun 461. Paus Felix sungguh universal dalam pandangannya. Ia berusaha memahami serta menyelesaikan masalah-masalah Gereja di berbagai belahan dunia.

Felix melewatkan sembilan tahun dari masa hidupnya sebagai paus. Ia akan dikenang sebagai seorang yang berdedikasi total kepada Yesus dan Gereja-Nya. Paus St Felix wafat pada tahun 492.

Dalam Sabda Bahagia, Yesus mengatakan, “Berbahagialah orang yang membawa damai.” Kita dapat belajar dari St Felix untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan pribadi dan menjadi pembawa damai dalam hidup kita.

sumber:http://yesaya.indocell.net/id271.htm

Ziarah Iman bersama Para Kudus:28 Februari

St. Antonia, Abbas

Santa Antonia adalah seorang ibu rumah tangga yang saleh. Sesudah suaminya meninggal dunia, Antonia berencana menjalani hidup bakti sebagai seorang biarawati. Dengan bantuan St Yohanes Kapistrano, ia mendirikan Biara Klaris di Firenze, Italia. Ia memimpin biara hingga akhir hayatnya pada tahun 1472.

 St. Hilarius, Paus

Hilarius berasal dari Sardinia. Ia melayani umat sebagai diakon. Di kemudian hari ia diutus sebagai wakil Paus Leo I (Agung) dalam sinode di Efesus yang membahas ajaran sesat Eutyches yang menyangkal kodrat manusia Kristus. Pada tanggal 19 November 461, ia diangkat sebagai paus ke-46 menggantikan Paus Leo Agung (440-461) yang wafat. Paus Hilarius mengawasi pembangunan beberapa gedung di Roma. Pada tanggal 19 November 462 memimpin sinode di Roma dan pada tanggal 19 November 465 mengadakan lagi sebuah sinode guna membicarakan pengangkatan dan kuasa yurisdiksi para uskup Spanyol. Paus Hilarius wafat pada tanggal 28 Februari 468 di Roma dimakamkan di Gereja Laurensius, Roma.
Renungan:

Salah satu tugas pokok dan utama Gereja adalah menjaga dan memelihara ajaran Wahyu ilahi agar utuh dan tak bercacat. Kebenaran abadi harus terjamin demi kemuliaan Tuhan, sumber segala kebenaran, demi keselamatan manusia. Paus Hilarius, sewaktu masih diakon, sebagai wakil Paus Leo I, diutus untuk membicarakan sanksi ekskomunikasi terhadap Eutyches, seorang penyebar ajaran sesat. Sebagai Paus, Hilarius juga mengurus pembangunan beberapa gedung di Roma. Salah satunya ialah Oratorium, dan dipersembahkan kepada Santo Yohanes Penginjil. Gereja menjamin: Orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 1:17). Orang menjalani hidup berdasarkan keyakinan yang dipegangnya. Keyakinan merupakan lampu atau mercusuar yang menunjukkan arah, rambu-rambu yang bisa dilalui. Ya Allah Tuhan-ku, aku percaya akan semuanya yang telah Kau wahyukan dan Kau ajarkan dengan perantaraan Gereja Kudus.

sumber:http://www.indocell.net/yesaya/pustaka4/id149.htm

Jumat, 25 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:26 Februari

St. Didakus Carvalho, Martir

Didakus Carvalho dilahirkan di Coimbra, Portugal pada tahun 1578. Sejak masa muda ia rajin dengan kegiatan-kegiatan gereja. Pada tahun 1594 ia masuk Serikat Yesus dan ditahbiskan sebagai imam di India pada tahun 1600. Pada abad ke-16 itu terbuka peluang penyebaran Injil ke benua Asia-Afrika. Demikianlah, pada tahun 1609 Didakus yang rindu menjadi seorang misionaris tiba di negeri sakura Jepang. Ia lembut hati dan ramah terhadap umatnya pula tak segan melakukan pekerjaan kasar. Segala tantangan dihadapinya dengan tabah demi keselamatan jiwa-jiwa dan kemuliaan Allah sesuai semboyan Serikat SJ: Ad Majorem Dei Gloriam (Demi Kemuliaan Allah yang Terlebih Besar). Sayang, pada tahun 1623 Didakus ditangkap dan dibawa ke Sendai. Sesudah 12 jam mengalami penderitaan dan aniaya, Didakus, bersama umat Kristiani Jepang lainnya, menghembuskan nafas terakhir sebagai martir Kristus yang gagah berani pada usia 46 tahun.

Renungan:

“Ad Majorem Dei Gloriam.” Untuk apakah segala kebaikan kita lakukan? Untuk mencari kebesaran diri dan keagungan diri? Mencari pujian dari dunia? Kalau demikian, kita sudah kehilangan ganjaran di surga. Janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Bersuka-citalah karena dengan perbuatanmu yang baik, namamu tercatat di surga. Tetapi lihatlah sekeliling kita. Orang mengerahkan segala daya upaya demi memegahkan diri. Apa yang dilakukan bukan untuk kebaikan masyarakat luar tetapi untuk memegahkan dirinya sendiri. Orang Kristen juga berbuat sesuatu bukan untuk menyelamatkan orang lain, tetapi untuk menyatakan: Inilah kami orang Kristen yang selalu berbuat baik. Jika motivasi utama adalah untuk unjuk diri, ganjaran kita telah berkurang. Marilah kita terus menerus berbuat baik dalam segala keadaan demi keselamatan semua orang. Ya Allah, semoga kehendak-Mu dikenal di seluruh bumi dan keselamatan-Mu dinyatakan di antara segala bangsa. Amin.

sumber:http://www.indocell.net/yesaya/pustaka4/id149.htm

Kamis, 24 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:25 Februari

St. Walburga, Abbas

Walburga dilahirkan pada tahun 710 di Devonshire, Inggris dalam sebuah keluarga bangsawan. Ia adalah adik kandung St Willibald dan St Winebald. Sejak umur 11 tahun, Walburga dididik di Biara Benediktin Wimbourne di Dorset dan akhirnya menjadi anggota biara. Mereka masih sanak keluarga dari Santo Bonifasius yang dikenal sebagai “Rasul bangsa Jerman”. Pada tahun 748 ia bersama St Lioba diutus ke Jerman untuk membantu St Bonifasius dalam karya misionaris. Di kemudian hari Willibald menjadi Uskup Eichstadt dan Walburga ditunjuk menjadi abbas rangkap di biara pria dan biara wanita di Heidenheim yang didirikan oleh St Winebald hingga akhir hayatnya pada tahun 779. Biara itu kemudian menjadi pusat kebudayaan, pendidikan dan karya amal. Bertahun-tahun setelah wafatnya, tulang-belulang Walburga dibawa dari Heidenheim ke Gereja Salib Suci Eichstadt, Bavaria, Jerman, yang didirikan oleh saudaranya, St Willibald. Tulang-belulang itu secara ajaib mengeluarkan cairan bening, semacam minyak, yang digunakan orang untuk menyembuhkan berbagai penyakit jasmani dan rohani.
Renungan:

“Kerahkan upayamu demi alam hidup yang mulia di mana Kristus memerintah di sisi Allah.” Pendidikan Kristiani berfokus pada tujuan akhir, yaitu surga. Surga bukanlah suatu tempat khayalan atau tempat di lapisan langit ketujuh. Surga adalah sebuah realitas cita-cita yang harus diciptakan di dunia ini. Dengan demikian, rumusan “Datanglah Kerajaan-Mu” dalam Doa Bapa Kami mempunyai arti riil. Orang Kristen dipanggil untuk mewujudkan cita-cita Kerajaan Surga di dunia ini. Jika kita melakukan hal-hal kecil dan riil untuk banyak orang, kita telah menciptakan surga-surga kecil di lingkungan kita. Selamat!

sumber:http://www.indocell.net/yesaya/pustaka4/id149.htm

Rabu, 23 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:24 Februari

St. Montanus dan St. Lucius, Martir

Para martir suci, Montanus dan Lucius serta kawan-kawan sependeritaan mereka: Flavianus, Yulianus, Viktorikus, Quartillosia, Viktor, Donatian, Primolus dan Remus dipenjarakan di Kartago (Tunisia). Alasan mereka dibelenggu adalah karena mereka berpegang teguh dalam iman kepada Kristus. Selama di penjara mereka diwajibkan kerja paksa sembari bergulat melawan lapar dan haus. Banyak di antara mereka mati. Yang lain diseret ke tempat penjagalan. Mari mohon mereka mendoakan kita dari surga.

Renungan:

Kesetiaan merupakan tanggung jawab bagi orang yang menyebut dirinya Kristen. Kesetiaan merupakan bagian dari buah roh agar kita selalu setia pada kesaksian kita, setia pada penyerahan dan panggilan dan setia pada perintah Kristus. Para martir: St Montanus dan St Lucius serta rekan-rekannya menulis pada sehelai kertas yang ditempelkan di dada mereka “Setia Sampai Mati”. Itulah kesetiaan iman. Bagaimanakah dengan kesetiaan kita? Kesetiaan merupakan suatu tantangan bagi kita di tengah hadangan dunia yang menawarkan berbagai kenikmatan dan kemewahan. Betapa mudahnya kita melupakan dan menolak Allah di tengah pergaulan kita. Belum lagi banyak godaan menggiurkan yang ditawarkan di hadapan kita. Adakah mudah bagi kita menjadi seorang Kristen di dunia dewasa ini? Mari pada hari ini kita merefleksikan peringatan dan kenangan indah iman kita yang tak pernah pudar dari hati, meskipun sering kita ingkari.

sumber:http://www.indocell.net/yesaya/pustaka4/id149.htm

Selasa, 22 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:23 Februari-Peringatan Wajib St. Polikarpus, Uskup dan Martir

Polikarpus dikenal sebagai murid istimewa Rasul Yohanes Penginjil. St Ignatius dari Antiokhia, dalam perjalanannya menuju Roma untuk dimaritr, menulis sepucuk surat khusus kepada Polikarpus yang menjabat sebagai Uskup Smyrna, Turki (Asia Kecil). Di masa tuanya, Polikarpus pergi ke Roma guna membicarakan tanggal perayaan Paska. Pada tahun 155, demi alasan uang seorang pelayan mengkhianati Uskup dengan melaporkannya kepada penguasa. Uskup Polikarpus ditangkap. Ia dibujuk untuk menyangkal Yesus. Namun Polikarpus menjawab, “Sudah delapanpuluh enam tahun aku mengabdi Kristus dan tidak pernah Kristus menghianatiku. Bagaimana mungkin aku menghujat Raja dan Penyelamat-ku?” Karena kata-katanya itu Polikarpus dibakar hingga tewas.
Renungan:

Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10). Kelahiran membuat manusia bergembira. Kematian mendatangkan rasa duka. Yesus telah mengalahkan maut dengan kebangkitan-Nya. Penginjil Yohanes mengagungkan kemenangan Kristus atas maut dengan mencatat kata-kata Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yohanes 11:25). Iman akan kemenangan Kristus telah memberi kekuatan untuk bertahan dalam penderitaan. “Sudah delapanpuluh enam tahun aku mengabdi Kristus dan tidak pernah Kristus menghianatiku,” demikian Uskup Polikarpus. Pertanyaan untuk kita renungkan: Apakah yang akan kita lakukan apabila dalam menghadapi kondisi sekarang ini kita diiming-iming dengan uang? Masih sanggupkah kita memelihara iman?

sumber:http://www.indocell.net/yesaya/pustaka4/id149.htm

Senin, 21 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:22 Februari-Pesta Tahta Suci Santo Petrus

Gereja Katolik Roma memiliki tradisi yang terus dipelihara. Tradisi mengakui Santo Petrus, pemimpin tertinggi Gereja Kristus, telah mendirikan dua tahta keuskupan. Takhta pertama di Antiokhia pada tahun 35. Dan sesudah dua kali mengunjungi Roma, pada tahun 65 Petrus menetap di Roma sebagai uskup pertama Roma. Sejak itu Uskup Roma diakui sebagai Paus, Kepala Gereja Katolik tertinggi, wakil Kristus. Petrus akhirnya wafat sebagai martir, disalib dengan kepala di bawah sesuai permintaannya sendiri. Di atas makamnya di kaki Bukit Vatican, semenjak jaman Kaisar Konstantinus, telah dibangun sebuah gereja untuk menghormati Uskup Roma yang pertama dan wakil Kristus itu. Kuasa Petrus ini, yang lazim disebut Primat Petrus, diberikan oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga (Yoh 21:15-19). Gereja yang sederhana itu kini telah menjelma menjadi Basilika Santo Petrus yang megah mulia dan agung.
Renungan:

Roma disebut Kota Suci. Roma menjadi kota kiblat orang Katolik. Alasannya jelas. Pemimpin Gereja Katolik tinggal di sana. Ini melanjutkan tradisi sejak zaman St Petrus. Roma, karena proses sejarah, telah berkembang menjadi pusat penyebaran agama Katolik. Cukupkah karena itu Roma menjadi kiblat? Dalam hal apa? Memang diakui, sah-sah saja kalau orang secara psikologis merasa perlu berkiblat ke suatu tempat. Tetapi menganggap suatu tempat suci hanya karena itu, kita melupakan hal yang suci itu sendiri. Kota, atau barang lain apapun, tidak akan menjadi suci kalau orang-orangnya tidak suci atau terus berupaya meningkatkan kesucian diri. Segala sesuatu baru dikatakan suci kalau berhubungan dengan orang suci. Rumah, misalnya, tidak artinya, kalau orang yang tinggal di dalamnya tidak membuat rumah itu menjadi kudus dengan menguduskan diri. Berkat atas rumah tidak ada artinya kalau orang yang tinggal di dalam rumah itu tidak menghayati berkat dalam hidupnya. Jadikanlah diri suci agar segala sesuatu yang berhubungan denganmu dipandang suci. St. Petrus, doakanlah kami. Amin.


sumber:www.indocell.net/yesaya/

Minggu, 20 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:21 Februari

St. Petrus Damianus, Uskup dan Pujangga Gereja

Petrus Damianus dilahirkan pada tahun 1007. Namun, kedua orangtuanya meninggal dunia ketika Petrus masih kecil. Ia diasuh oleh kakaknya dan dikirim belajar di Parma. Ia meraih keberhasilan prestasi belajar yang luar biasa. Secara umum hidupnya membawa berkat bagi teman dan rekan sekolahnya. Ia suka menolong kawan-kawannya yang membutuhkan, kepeduliannya yang besar diamalkannya melalui bantuan keuangan sekalipun ia sendiri hidup kekurangan. Puncak prestasi hidupnya diraih ketika Petrus Damianus ditahbiskan menjadi imam. Roh pembaharuan mendorong dan mendesaknya untuk mengabdi Tuhan tanpa tanggung-tanggung. Ia mengambil keputusan untuk mati demi dunia ini dan menjadi rahib di pertapaan di Fonte Avellana. Karena kesalehan, kebijaksanaan dan kecerdasannya, ia diangkat menjadi uskup dan kardinal dalam masa pontifikat Paus Stephanus IX (1057-1058). Petrus tak segan-segan mengutuk simoni (= pembelian jabatan gerejani) dan menegur pejabat-pejabat tinggi Gereja. Buah karyanya terdiri dari banyak buku, surat, sajak, khotbah dan doa, sebab itulah ia dihormati sebagai Pujangga Gereja. Petrus Damianus wafat pada tahun 1072.
Renungan:

Kebijaksanaan Tuhan dalam karya penyelamatan umat manusia nampak dalam pengalaman hidup manusia dan para bangsa. Dalam Perang Dunia I (1914-1918) para misionaris SVD dipulangkan dari misi di Togo, Afrika untuk kembali ke tanah airnya, Jerman. Pada tahun 1920, para imam misionaris SVD diterima di Flores. Serikat SVD di Nusa Tenggara Timur berkembang berkat bimbingan Roh Kudus, Roh Kebijaksanaan dan Pembaharuan, sebagaimana dikatakan Kitab Suci, “Tuhan telah menghantar kamu masuk ke tanah yang berlimpah susu dan madu. Semoga hukum Tuhan kau renungkan selalu.” Sesudah lebih dari 75 tahun Serikat Sabda Allah berkarya di Nusa Tenggara, buah-buah kebijaksanaan Tuhan yaitu para imam, bruder dan suster misionaris, ikut serta dalam membangun Gereja Kristus di berbagai belahan dunia: Afrika, Madagaskar, Amerika Latin juga Amerika Serikat, New Guinee, Philipina. Putra Sirakh menulis, “Kebijaksanaan dianugerahkan kepada kita laksana air untuk diminum.” Kebijaksanaan ilahi itu sungguh-sungguh dialami oleh Santo Petrus Damianus. Secara batiniah ia mau memberikan diri kepada Tuhan untuk menjadi seorang imam.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Kamis, 17 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:18 Februari

St. Flavianus, Uskup dan Martir

Flavianus dipilih sebagai Patriark Konstantinopel (Istambul) pada tahun 447. Di masa kepemimpinannya, Gereja sarat dengan masalah konflik dan aniaya. Chrysaphius, kepercayaan Kaisar Teodosius, meminta Flavianus untuk menyerahkan sejumlah kekayaan Gereja kepada kaisar. Flavianus menolak. Secara simbolis Flavianus mengirim roti yang sudah diberkati. Penolakan itu merupakan pertentangan antara Flavianus dengan Chrysaphius dan sang kaisar. Sementara itu Eutyches, seorang pertapa menyangkal kodrat manusia Kristus. Flavianus menyelenggarakan sinode di Konstantinopel pada tahun 448 dan mengekskomunikasi Eutyches. Paus St Leo I mendukung keputusan sinode dan mengirim surat berisikan ajaran dogmatis bahwa Kristus berkodrat Allah dan berkodrat manusia sebagaimana diwariskan oleh para rasul. Pada tahun 449 sebuah sinode tandingan diadakan dan dipimpin oleh Dioscorus, Patriark Aleksandria, untuk membela Eutyches. Flavianus diserang dan disiksa, lalu dibuang ke Lydia hingga wafatnya sekitar tahun 449.
Renungan:

Gereja terus-menerus berhadapan dengan kesulitan sepanjang hidupnya. Dunia kebaikan terus ditentang oleh dunia kejahatan. Kerajaan Allah sumber kebaikan selalu dibenci kerajaan setan, sumber dusta dan penipuan. Santo Paulus menyebutkan beberapa perbuatan yang berasal dari dunia kejahatan: “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (Galatia 5:19-21). Santo Paulus juga menyebut beberapa perbuatan orang beriman yang dikatakan sebagai buah-buah roh kebajikan: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu (Galatia 5:22-23).

sumber:www.indocell.net/yesaya

Rabu, 16 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:17 Februari

Tujuh Pendiri Ordo Hamba Maria

Sekitar tahun 1200, tujuh pedagang di Florence meninggalkan usaha dagangnya. Mereka menarik diri dari kesibukan dunia guna mendekatkan hidup pada Tuhan di pegunungan, dekat Florence. Ketujuh orang ini adalah Bonfllio, Yohanes Bonagiunta, Gerard, Amadeus, Hugo, Sostenes dan Alexius. Ketujuh orang ini mendirikan Ordo Hamba Maria atau Ordo Servite pada tahun 1233 untuk melakukan bakti kepada Sengsara dan Tujuh Dukacita St. Perawan Maria, sesuai ramalan Simeon, “Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Lukas 2:35). Mereka sangat mengutamakan suasana tenang dan berdoa dalam biara. Mereka melakukan karya penyebaran devosi kepada Bunda Maria. Tujuh pendiri ordo ini digelari kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1888.
Renungan:

Roh Tuhan bertiup ke mana-mana sejak penciptaan langit dan bumi. Apa yang tercipta dalam roh dan jiwa manusia, kini menjadi nyata dalam bentuk Ordo Hamba Maria atau Ordo Servite. Mereka hendak menyertai Santa Perawan Maria Bunda Tujuh Dukacita di Jalan Salib menyertai Kristus. Stabat mater dolorosa iuxta crucem lacrimosa dum pendebat Filius. Berdiri Bunda menangis di bawah salib yang keji karena Putra terpaku. Adakah kita juga turut serta dalam penderitaan Jalan Salib Kristus? Ataukah barangkali kita turut menambah penderitaan Kristus dengan perilaku kita sehari-hari terhadap sesama? Seperti tujuh orang di atas, orang Katolik perlu mewujudkan kepedulian terhadap orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. “Apa yang kita lakukan terhadap saudara yang paling hina, kita melakukannya untuk Kristus.”


sumber:www.indocell.net/yesaya

Selasa, 15 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:16 Februari

St. Onesimus

Onesimus adalah hamba St Filemon dan St Apphia di Kolose, Frigia, Asia Kecil. Karena mencuri, ia melarikan diri ke Roma untuk menghindari hukuman. Di sana ia bertemu dengan Paulus dan menerima pewartaan iman akan Yesus Kristus, lalu dibaptis. Hubungan baik antara Paulus dan Filemon dipergunakan Paulus untuk mendamaikan Onesimus dengan mantan majikannya itu. Paulus menulis surat meminta agar Onesimus diterima kembali bukan sebagai budak melainkan sebagai saudara. Paulus minta supaya kebebasan penuh diberikan kepada Onesimus. Karena di mata Tuhan tidak ada seorang pun dilahirkan sebagai hamba atau budak (bdk Filemon 1:8-19). Betapa beruntungnya Onesimus! Onesimus kemudian kembali kepada Paulus di Roma. Selanjutnya ia diangkat sebagai uskup di Efesus menggantikan Santo Timotius. Keberhasilan Onesimus membangkitkan iri hati para musuhnya. Onesimus ditangkap lalu dikirim kepada Tertule, Gubernur Romawi. Onesimus dipaksa menyembah dewa-dewa Romawi. Karena menolak, tangan dan kaki Onesimus dipotong, lalu ia dirajam hingga tewas.
Renungan:

Hamba berarti manusia yang tak memiliki kebebasan. Ia terikat terhadap seorang majikan; ia tidak memiliki hak; hidup matinya ditentukan dan diatur oleh sang majikan. Tetapi di hadapan sang Pencipta, semua orang adalah sederajat. Martabat manusia adalah mulia karena diciptakan seturut gambar dan citra Allah. “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kejadian 1:27). Sejauh mana Onesimus adalah budak belian bagi Filemon, kita tidak tahu. Paulus mengembalikan status manusia bebas kepada Onesimus. Filemon menerima Onesimus sebagai saudara atas jasa Paulus. Kepada kita, Yesus pun bersabda: “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku” (Yohanes 15:15).

sumber:www.indocell.net/yesaya

Senin, 14 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:Peringatan Wajib St. Sirilus dan St Metodius, Uskup dan Rahib

Dua orang kakak-beradik ini dilahirkan di Yunani. Pendidikan di Konstantinopel membuka cakrawala rohani dan intelektual keduanya. Sirilus menjadi seorang filsuf. Theodora, permaisuri Kaisar Konstantinopel, menugaskannya mewartakan Injil di Eropa Timur. Metodius menjadi rahib dan kemudian diutus menjadi misionaris atas undangan Raja Ratislaus dari Moravia. Akhirnya keduanya, Sirilus dan Metodius, mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa yang mendiami tepi Sungai Donau, kepada bangsa-bangsa Bulgaria, Moravia dan Bohemia. Paus Adrianus II mengangkat kedua bersaudara menjadi uskup. Jasa mereka antara lain menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Slavia serta merayakan liturgi juga dalam bahasa Slavia. Sirilus wafat pada tahun 869 dan Metodius wafat pada tahun 885.
Renungan:

Mewartakan Injil merupakan tugas setiap orang Kristiani, bukan hanya tugas para imam, biarawan atau biarawati, seperti selama ini disangka orang. Pesan Yesus diperuntukkan bagi semua orang yang beriman kepada-Nya. Masalah pewartaan memang dalam cara yang kita gunakan. Artinya, bukan lagi cara-cara yang menjauhkan orang dari pewartaan itu sendiri. Orang bukan Kristen mencurigai kita menggunakan daya pikat material agar seseorang mau menjadi Kristen. Cara seperti itu tidak efektif, bahkan karenanya kita dimusuhi. Pewartaan yang paling efektif sekarang ini adalah dengan cara hidup yang menarik dan memikat. Artinya, kita mewartakan bukan dengan paksaan dalam bentuk apapun kecuali tawaran bahwa menjadi Kristen berarti menyelamatkan. Menjadi Kristen bukan membuat kita menjauhi dunia, tetapi justru terlibat dalam dunia, menyelesaikan masalah-masalah dunia, yang merupakan masalah bersama kemanusiaan.

sumber:http://www.indocell.net/yesaya

Jumat, 11 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:12 Februari

St. Gaudentius, Uskup dan Pengaku Iman

Gaudentius dilahirkan di Brescia, Italia dalam sebuah keluarga Kristen yang saleh. Orangtuanya menyerahkan pendidikan iman Gaudentius kepada St Philastrius, Uskup Brescia. Gaudentius tumbuh menjadi seorang pemuda dewasa yang bijaksana, saleh dan cakap. Orang-orang sekota mencintai dan menghormatinya. Guna menghindari sanjungan dan pujian orang, Gaudentius berziarah ke Tanah Suci. Ketika Uskup Philastrius wafat, Gaudentius ditahbiskan menjadi Uskup Brescia pada tahun tahun 397 oleh St Ambrosius dari Milan. Sebagai gembala umat, perhatiannya difokuskan pada pastoral pewartaan iman: pengajaran agama dan pendidikan iman. Kotbah-kotbahnya berintikan ajaran iman yang jelas dan konkrit serta praktis. Ia berhasil menarik perhatian umat agar hidup sesuai dengan iman yang benar dan ajaran Gereja yang aktual. Dengan penuh pengertian dan semangat rohani, ia memberikan nasehat-nasehat yang berguna bagi pertobatan dan hidup selaras dengan ajaran Tuhan. Gaudentius wafat sekitar tahun 410 di Brescia.

Renungan:

Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8). Ajaran gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik memang sama dan aktual sepanjang masa. Wahyu “Sabda yang menjadi Manusia” adalah kekal. St Gaudentius mencintai Sabda Allah. Ia berziarah ke Tanah Suci Palestina untuk melihat dari dekat tempat-tempat di mana Yesus dilahirkan, hidup, berkarya, menderita sengsara dan wafat serta bangkit dan kembali ke rumah BapaNya. Ia kagum dan berkobar dalam semangat sembah-sujud kepada Kristus yang “tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-Iamanya.” Gaudentius menolak puji-pujian bagi dirinya sendiri. Teringatlah saya akan sebuah cerita. Dalam perjalanan pulang, seorang Kristen berjumpa dengan Yesus dipinggir jalan. “Tuhan, saya berhasil membuat orang-orang mengaku bahwa Engkau adalah Tuhan.” Yesus tersenyum dan berkata, “Apakah gunanya hal itu bagimu, selain membesarkan ego Kristenmu?”

sumber:www.indocell.net/yesaya

Senin, 07 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:8 Februari

St. Hieronimus Emilianus, Imam dan Pengaku Iman

Hieronimus Emilianus dilahirkan pada tahun 1486 di Venesia, Italia. Ia adalah seorang panglima perang di Kastel Nuovo. Tetapi, dalam suatu pertempuran ia ditangkap musuh dan dijebloskan ke dalam penjara. Dalam sebuah sel bawah tanah itulah ia menemukan Tuhan. Hieronimus bertobat dan pada usia 25 tahun ia ditahbiskan menjadi imam. Dengan dibantu empat rekan kerja, ia membaktikan hidupnya dalam bidang pendidikan kaum muda dan mendirikan tarekat imam-imam Regulir dari Somaska. Di samping itu ia mengabdikan diri dalam perawatan orang sakit, khususnya korban wabah penyakit pes. Ia wafat karena penyakit pes pada tahun 1537. St Hieronimus dihormati sebagai pelindung anak yatim piatu dan gelandangan.
Renungan:

“Oleh karena Dia-lah aku telah melepaskan semuanya” (Filipi 3:8). Pengalaman dan kesaksian iman Santo Paulus dialami juga oleh jutaan umat Kristiani sepanjang masa. Banyak laki-laki dan perempuan menjadi imam, biarawan, biarawati. Kaum awam menemukan penghiburan rohani dalam iman kepada Kristus. Yesus bersabda, “Aku-lah Jalan, Kebenaran dan Hidup.” Paulus mengatakan, “Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Santo Hieronimus Emilianus menghayati apa yang dikatakan oleh Rasul Agung ini. Setelah melalui pergulatan iman yang panjang, akhimya di dalam sel yang dingin di bawah tanah ia dapat menemukan Tuhan. Maka ia menghadap Tuhan dengan berdoa kepada Bunda Maria. “Bunda Maria, lindungilah aku anakm ini. Aku berjanji akan memperbaiki hidupku dan menyerahkan diriku kepada Putramu.” Hieronimus bertobat dan menjadi Kristen. Tujuh tahun kemudian ia ditabiskan menjadi imam Kristus. Selanjutnya, Hieronimus tidak saja memperoleh Kristus sebagai kekayaan rohaninya, ia memenangkan juga banyak jiwa, hasil tebusan dan karya keselamatan Kristus. Ia membaktikan hidupnya demi kepentingan Gereja. Usaha-usaha Kristianinya adalah memelihara anak-anak yatim piatu, menampung anak-anak gelandangan, merawat orang yang terserang wabah penyakit pes dan menguburkan mereka. Dari Venesia ke Padua dan terus ke Verona. Ia menjelajahi Italia Utara untuk mendirikan panti-panti asuhan bagi anak-anak miskin dan terlantar. Anak-anak itu diberinya pendidikan sesuai bakat dan talenta masing-masing.

sumber:www.indocell.net/yesaya/

Minggu, 06 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:7 Februari

St. Richard, Pertapa
St Richard adalah ayah dari St Willibald, St Winebald dan St Walburga. Kedua puteranya menjadi biarawan dan misionaris sementara puterinya menjadi biarawati. St Richard yang dikenal sebagai seorang pertapa ini wafat di Lucca, Italia dalam perjalanan ziarah ke Roma sekitar tahun 720. Ayah bersama ketiga anaknya digelari kudus.

Renungan:

Berkat iman kepercayaannya, Abraham menjadi bapa semua orang beriman. Sedangkan ketidakpercayaan Zakharia - seorang imam Yahudi - kepada kata-kata Malaikat Gabriel membuatnya menjadi bisu. Yesus sendiri memberi jaminan iman bahwa orang yang percaya dapat memindahkan gunung ke laut. Itu berarti, segala permohonan berdasarkan iman akan dikabulkan Tuhan. Selanjutnya, Yesus menegaskan, “Karena itu Aku berkata kepadamu apa saja yang kamu minta dan doakan percayalah bahwa kamu telah menerimanya maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Santo Richard adalah contoh hidup. Iman dan doa-doanya menghasilkan buah-buah rohani berlimpah. Anak-anaknya menjadi orang beriman kuat dan takut akan Tuhan. Kepercayaan kepada Tuhan membimbingnya datang kepada seorang rahib dan memohon doa kesembuhan bagi putera sulungnya Willibald. Sebagai ucapan syukur atas kesembuhan puteranya, Richard mempersembahkan puteranya itu kepada Tuhan. Ia mengizinkan Willibald menjadi seorang biarawan dan misionaris bersama adiknya Winebald, sementara Walburga menjadi seorang biarawati. Ketiga bersaudara itu menjadi abdi Allah yang saleh dan dihormati Gereja sebagai orang kudus. Richard sendiri mengikuti jejak anak-anaknya dengan menjadi seorang pertapa. Ia wafat dalam perjalanan iman ke Roma. Bagaimana dengan iman kepercayaan kita di tengah perubahan dunia dewasa ini? Apabila Tuhan datang, adakah Ia menemukan iman di bumi? Teguhkanlah iman kami, ya, Tuhan. Amin.

sumber:www.indocell.net/yesaya

Ziarah Iman bersama Para Kudus:6 Februari(Peringatan Wajib St. Paulus Miki dkk, Para Martir Nagasaki)

Paulus Miki dilahirkan di Jepang sekitar tahun 1564. Ia menggabungkan diri dalam Serikat Yesus dan mewartakan Injil. Pada tahun 1588 penguasa Jepang memerintahkan para misionaris yang berkarya di Jepang agar meninggalkan Negari Sakura. Sesudah bertahan selama sembilan tahun, akhirnya pada tanggal 5 Pebruari 1597, enam misionaris Spanyol dari Ordo Santo Fransiskus, bersama Paulus Miki dan kawan-kawannya sejumlah 20 orang pribumi disiksa. Paulus Miki menulis sepucuk surat: “Apakah dengan penyiksaan ini kalian mampu merampas harta dan kemuliaan yang dianugerahkan Tuhan kepada kami? Seharusnyalah kamu bergembira dan mengucap syukur atas kemuliaan yang diberikan Tuhan kepada kami.” Paulus Miki dan kawan-kawannya diseret ke bukit dipinggir kota Nagasaki. Mereka disalibkan seperti Kristus. Dari atas salib, Paulus Miki masih berkotbah untuk meneguhkan iman kawan-kawannya.

Renungan:

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?” (Roma 8:35). Salah satu sisi cinta kasih Allah dalam keselamatan umat manusia adalah cinta kasih Kristus lewat sengsara dan wafat-Nya. Kebenaran iman ini diungkapkan oleh St Paulus dalam surat kepaa jemaat di Roma. Dalam misteri sengsara dan wafatNya itu Allah mewahyukan cinta kasih-Nya yang tak terbatas. Cinta itu pula yang dihayati oleh Paulus Miki dan kawan-kawan. Maka benarlah, Gereja mengagungkan Kristus, Raja yang Sengsara dengan berdoa: Marilah kita menyembah Tuhan, Raja para martir. Paus Yohanes Paulus II menghormati para martir Jepang dengan berziarah ke bukit para martir di Nagasaki. Sri Paus mengajak umat Kristiani menghormati para martir Jepang yang berani menyatakan kesetiaan kepada Kristus hingga mengorbankan nyawa. Mereka menjadi saksi Salib, lambang keselamatan umat manusia.

sumber:http://www.indocell.net/yesaya

Jumat, 04 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:(5 Februari)-Peringatan Wajib St. Agatha, Perawan dan Martir

Agatha dilahirkan dari keluarga bangsawan di Catania, Sisilia pada pertengahan abad ketiga. Agatha sangat tertarik dengan tokoh Yesus dalam Injil. Ia berikrar untuk berkarya di kebun anggur Tuhan. Agatha hidup dalam masa pemerintahan Kaisar Decius yang menganiaya umat Kristen secara kejam. Gubernur Quintianus dari Sisilia mengeluarkan maklumat: Semua orang kristen harus dihadapkan ke pengadilan di Palermo. Gubernur mendengar di Catania ada seorang gadis cantik jelita bernama Agatha. Ia ingin menikahinya, tetapi Agatha menolak sebab ia sudah berprasetya kepada Yesus. Agatha ditangkap dan dibujuk. Tetapi Agatha tetap teguh. Akibatnya ia disiksa aniaya dan dibunuh. Agatha menyerahkan jiwa dan raganya sementara berdoa memohon kemurahan Tuhan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 251.
Renungan:

St Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus menulis, “Memusatkan perhatian pada perkara-perkara Tuhan supaya kudus tubuh dan jiwamu.” Mengkuduskan tubuh dan jiwa merupakan usaha yang terus-menerus dilakukan dengan disiplin. Disiplin dalam menyangkal diri, memikul salib dan hidup dalam persatuan dan kesatuan dengan Allah yang didasarkan atas hidup doa. Sebelum adanya biara-biara sudah ada perempuan-perempuan yang mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan untuk melayani sesama. Secara perorangan mereka mengucapkan kaul kemurnian dan menjalankan karya kerasulan iman. Pelayanan umat dilakukan dalam bentuk tugas diakonia, perawatan orang miskin dan orang sakit serta karya sosial. Agatha memilih cara hidup demikian. Sewaktu Quintianus mendengar Agatha menolak pinangannya, sang gubernur menjadi murka. Ia merasa dihina seorang gadis jelata yang lemah fisik namun kuat kemauannya. Agatha ditempatkan di rumah seorang pelaeur. Tetapi tidak ada seorang pun yang dapat menaklukkannya. Akhirnya Agatha disiksa dengan keji. Di tengah penderitaannya, St Petrus menampakkan diri untuk mengunjungi, menghibur dan mengobati luka-lukanya. Agatha diguling-gulingkan di atas pecahan kaca dan bara api. Dalam persatuan dengan Allah Tritunggal Kudus ia berdoa: Tuhan, Engkau telah melindungiku sejak masa mudaku. Engkau jugalah yang menjauhkan aku dari cinta duniawi. Kini Engkau mengijinkan aku menang melawan segala siksaan. Tuhan, ke dalam tangan-Mu, kuserahkan jiwaku.”

sumber:http://www.indocell.net/yesaya

Ziarah Iman bersama Para Kudus:4 Februari

St. Yohanes de Britto, Martir


Yohanes de Britto adalah anak keempat dari seorang perwira tinggi. Sejak kecil Yohanes bersahabat dengan Don Pedro, calon raja Portugal. Ketika muda, ia sangat menikmati gaya hidup istana yang serba gemerlap. Setelah suatu waktu ia jatuh sakit, ia menjadi lebih banyak berdoa. Berkat bantuan doa ibunya yang memohon perantaraan St Fransiskus Xaverius, ia sembuh. Pengalaman ini mendorongnya untuk mengikuti jejak St Fransiskus Xaverius. Tahun 1662 ia masuk novisiat Serikat Jesus di Lisabon. Ia memilih bermisionaris di India meski sang ibu menghendaki lain. Di sana ia bekerja selama 20 tahun dengan penuh tantangan. Situasi India masih sangat rawan. Ia mengalami banyak penderitaan dan hidup berkekurangan. Tetapi banyak orang India bertobat dan menjadi Katolik. Keberhasilan ini harus dibayar mahal. Ia ditangkap, dipenjarakan, dan kemudian dipenggal kepalanya pada tanggal 4 Pebruari 1693.

Renungan:

“Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita” (1 Yohanes 5:4). Iman adalah karunia rohani. Abraham adalah contoh orang beriman yang ditunjukkan dalam Kitab Suci. Ziarah iman Abraham berpuncak dan bermuara dalam Yesus Kristus pembawa berkat bagi umat manusia. “Dan Aku akan memberkati engkau dan dalam engkau segala bangsa di bumi akan diberkati.” Abraham dihormati sebagai Bapa semua orang beriman. Iman yang sama dimiliki pula oleh Santo Yohanes de Brito. Iman menumbuhkan panggilan dalam hati de Brito. Iman ini mendorongnya untuk mewartakan Injil di tanah India, sebuah wilayah misi yang sangat sulit, mengikuti jejak St Fransiskus Xaverius. Iman mendorong kita untuk berbuat baik. Iman membuat orang tidak mungkin berbuat lain kecuali kebaikan itu sendiri. Orang yang beriman secara mendalam bagaikan sumur kebaikan yang tak pemah kering. Ia terus menyebarkan kebaikan ke sekitar, mengairi tanah-tanah manusia yang kering. Sumber sumur itu sendiri adalah Allah, yang menjadi sumber iman bagi Abraham dan juga Yohanes de Brito.

sumber:http://www.indocell.net/yesaya/

Kamis, 03 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:3 Februari (Peringatan Wajib St. Blasius, Uskup dan Martir )

Blasius adalah Uskup Sebaste, di Armenia, Asia Kecil. Ia seorang gembala umat yang baik hati. Pada masa pemerintahan Kaisar Licinius ia ditangkap dan dipenjarakan (320-324). Semasa di penjara, ia berhasil mengeluarkan tulang ikan dari tenggorokan seorang anak yang hampir mati karena tak bisa bernapas. Uskup Blasius wafat dibunuh. Hingga sekarang Uskup Blasius masih dimohon pertolongannya untuk membebaskan kita dari penyakit tenggorok dan penyakit-penyakit lain.
Renungan:

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Ia-lah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin” (1 Petrus 5;10-11). Santo Petrus melihat penderitaan hidup ini dari sudut iman, yaitu sebagai konsekuensi logis bagi orang yang dipanggil dalam Kristus kepada kemuliaan hidup kekal. Kehidupan di dunia ini relatif pendek. St. Petrus menggunakan istilah, sesudah kamu menderita seketika lamanya.” St Blasius uskup meringkuk di penjara beberapa waktu lamanya. Tuhan tetap menyertainya. Di dalam penjara terjadi mujizat-mujizat. Di antaranya, ia menyelamatkan seorang anak dari ancaman maut karena tulang ikan berduri yang tersangkut di tenggorokannya dan menyebabkannya sulit benafas. Doa dan berkat St Blasius menyelamatkan anak itu dari bahaya maut. Kita pun punya kemampuan atau talenta masing-masing. Talenta itu harus digandakan bukan untuk sekedar dikubur di dalam tanah. Penggandaan talenta bersifat sosial atau berguna bagi orang lain. St Blasius melakukan hal itu. la menggandakan talenta keeil yang dikaruniakan Tuhan kepadanya untuk membantu banyak orang. Jika kita memakai talenta kita sekecil apapun, kita sudah membantu memperbaiki dunia.

Setiap tanggal 3 Pebruari umat beriman boleh menerima “Berkat Santo Blasius”. Berkat diberikan imam disertai doa: “Semoga berkat doa Santo Blasius, Uskup dan Martir, Allah  membebaskan Saudara dari penyakit tenggorokan dan penyakit-penyakit lain. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.”

sumber:www.indocell.net/yesaya/

Rabu, 02 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:2 Februari (Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah)

a. Perempuan yang melahirkan anak lelaki setelah jangka waktu 40 hari wajib menghadap Allah dan membawa kurban persembahan, yaitu dua ekor burung tekukur.
b. Jika ia melahiran anak sulung lelaki, maka anak itu menjadi milik Allah. Segala sesuatu yang sulung, baik manusia, hewan maupun hasil bumi pertama menjadi milik Allah. Jika hewan dikurbankan, dan jika putra sulung manusia ditebus kembali dengan dua ekor tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Terhadap Yesus pun berlaku aturan hukum Taurat, sebagai akibat penjelmaan-Nya menjadi manusia dari bangsa Israel.

Nabi Simeon bermadah syukur, “Sekarang Tuhan perkenankan hamba-Mu berpulang dalam damai sejahtera menurut sabda-Mu. Sebab aku telah melihat keselamatan-Mu yang Kau sediakan di hadapan segala bangsa. Cahaya untuk menerangi para bangsa dan kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Renungan:

Putera yang baru lahir diupacarakan sesuai Hukum Taurat Musa. Pertama-tama pada hari kedelapan ia disunat. Dengan demikian ia menjadi keturunan Abraham dan terbilang di antara umat pilihan Allah Israel. Sekaligus diresmikanlah nama Yesus yang berasal dari Josua, seperti diberitahukan Malaikat Gabriel, artinya: Allah yang Menyelamatkan. Selanjutnya pada hari ke-40 sesudah kelahiran-Nya Yesus dipersembahkan di Kenisah Yerusalem dan dikuduskan bagi Tuhan Allah. Keluarga kudus pergi ke Kenisah Yerusalem untuk menunaikan kewajiban hukum Taurat.

Simeon datang ke kenisah menurut imannya karena didorong oleh Roh Kudus. Yesus mulai dengan persembahan di kenisah yang kemudian disempurnakan di kayu salib. St Paulus mengajak kita: “Marilah kita dengan penuh harapan menghadap tahta Allah demi memperoleh belaskasihan serta mendapatkan rahmat dan pertolongan pada saat kita memerlukannya.” Nabi Simeon mengajak kita menyongsong Sang Almasih. Simeon hidup dalam Adventus Domini (Penantian akan Kedatangan Tuhan). Hendaklah kita hidup dalam iman dan menjalani Adventus Domini sampai “Ia datang kembali dalam kemuliaan-Nya.”

sumber:www.indocell.net/yesaya/

Selasa, 01 Februari 2011

Ziarah Iman bersama Para Kudus:1 Februari

St. Brigida, Biarawati

Brigida lahir di Umeras, Kildare, Irlandia pada tahun 453. Ayahnya seorang bangsawan kafir dan ibunya seorang budak belian yang menganut agama Kristen. Menjelang kelahiran Brigida, ibunya dijual kepada seorang majikan lain. Brigida tinggal bersama ibunya hingga ia cukup besar untuk melayani ayahnya. Brigida dididik secara Kristen dan bercita-cita menjadi seorang biarawati. Keinginan tersebut mendapat banyak rintangan karena saat itu tidak ada biara khusus dan wanita budak belian tidak punya hak untuk mengikuti ibadat. Ia berusaha keras untuk mendirikan biara di Kildare. Ia memusatkan perhatiannya pada penderita kusta dan budak belian. Ia mulai usahanya di bidang pendidikan. Sekolah yang didirikannya dipercayakan pada seorang imam. Sekolah ini akhirnya terkenal sebagai sekolah ketrampilan. Setelah Brigida meninggal dunia pada tahun 523 sekolah ini dibagi menjadi dua, yang satu untuk laki-laki dan lainnya untuk perempuan. Penghormatan kepada Santa Brigida berlangsung hingga kini. Di Irlandia St Brigida dikenal sebagai salah satu Orang Kudus yang dihormati selain St Patrik dan St Columba. St Brigida dihormati sebagai pelindung negara Irlandia dan pelindung para petani, artis dan pelajar.
Renungan:

Tentu banyak rintangan dan halangan yang datang mencobai setiap insan. Apabila cobaan itu datang kepada seorang yang lemah imannya, pasti rasa takut akan segera menyelimutinya. Hal ini pula yang terjadi pada diri murid-murid pertama yang mengikuti Yesus, Gurunya. Ketakutan para murid di perahu ketika Yesus tertidur adalah gambaran pendahuluan atas cobaan yang akan mereka alami pada hari Jumat Agung, ketika Yesus tertidur (wafat). Jeritan minta tolong para murid dijawab Yesus dengan teguran: asal mereka percaya penuh, tentu dapat mengatasi cobaan dan akan mencapai seberang lautan dengan selamat. Hal yang sama dapat kita lihat pada diri Santa Brigida. Mengingat banyaknya rintangan dan halangan, pada mulanya ia mengalami keraguan dan kebimbangan untuk masuk biara. Tetapi berkat imannya yang teguh dan kesungguhan doanya akhirnya ia dikaruniai berbagai roh untuk berkarya.

Ya Allah Bapa kami, bebaskanlah kami dari segala kejahatan dan buatlah kami selalu merindukan Dikau. Terangilah kami ya terang kebenaran, sucikanlah kami dan nyalakanlah di dalam diri kami api cinta-Mu. Berilah kerahiman sejati yang melimpahkan rahmat kuasa kekal dan menjadikan kami anak-anak Allah yang hidup menurut kehendak Bapa. Tuhan Yesus kabulkanlah doa kami. Kemuliaan kepada Bapa….

sumber:www.indocell.net/yesaya/